Tuhan yang Mahakuasa adalah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Domba-domba Tuhan mendengar suara Tuhan. Selama Anda membaca firman Tuhan yang Mahakuasa, Anda akan melihat Tuhan muncul! Kami menyambut semua pencari kebenaran untuk datang dan melihat.

菜單

Nubuat-nubuat Akhir Zaman Telah Digenapi: Cara Menyambut Kedatangan Tuhan yang Kedua Kali

Bencana sering terjadi dan nubuat akhir zaman telah terpenuhi. Bagaimana kita dapat menyambut kedatangan Tuhan? Silakan baca artikelnya sekarang dan temukan jawabannya.




Jumat, 05 Juni 2020

"Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya" - Kutipan 18

Firman Tuhan Harian - "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya" - Kutipan 18

Titik Awal Takut akan Tuhan Adalah Memperlakukan Dia Sebagai Tuhan
 Seseorang baru saja mengajukan pertanyaan: Bagaimana mungkin kami mengenal Tuhan lebih dari Ayub mengenal-Nya, namun kami masih tidak bisa takut akan Tuhan? Kita sebelumnya berbicara sedikit tentang perkara ini, bukan? Sebenarnya, esensi dari pertanyaan ini juga telah dibahas sebelumnya, yaitu bahwa meski Ayub tidak mengenal Tuhan pada saat itu, dia memperlakukan-Nya sebagai Tuhan, dan menganggap-Nya sebagai Tuan dari segala sesuatu di surga dan di bumi. Ayub tidak menganggap Tuhan sebagai seorang musuh. Sebaliknya, dia menyembah-Nya sebagai Pencipta segala sesuatu. Mengapa orang zaman sekarang sangat menentang Tuhan? Mengapa mereka tidak bisa takut akan Tuhan? Salah satu alasannya adalah mereka telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis. Dengan sifat iblis mereka yang berakar begitu dalam, orang pun menjadi musuh Tuhan. Jadi, meski mereka percaya kepada Tuhan dan mengakui Tuhan, mereka masih bisa menentang Tuhan dan menempatkan diri mereka sebagai penentang-Nya. Ini ditentukan oleh sifat manusia. Alasan lainnya adalah meski orang percaya kepada Tuhan, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka malah menganggap Tuhan sebagai lawan manusia, menganggap-Nya sebagai musuh manusia, dan mereka tidak dapat didamaikan dengan Tuhan. Sesederhana itu saja. Bukankah perkara ini telah disinggung selama sesi sebelumnya? Pikirkan: Apakah itu alasannya? Meski engkau memiliki sedikit pengetahuan tentang Tuhan, seperti apakah pengetahuan ini? Bukankah ini yang dibicarakan oleh setiap orang? Bukankah itu adalah apa yang Tuhan katakan kepadamu? Engkau hanya mengetahui aspek teoritis dan doktrin; pernahkah engkau mengalami aspek yang nyata dari Tuhan? Apakah engkau memiliki pengetahuan yang subjektif? Apakah engkau memiliki pengetahuan dan pengalaman praktis? Jika Tuhan tidak mengatakan kepadamu, bisakah engkau mengetahui hal ini? Pengetahuanmu secara teori tidak merepresentasikan pengetahuan yang nyata. Singkatnya, tidak peduli seberapa banyak engkau mengetahui dan bagaimana engkau dapat mengetahuinya, sebelum engkau mencapai pemahaman yang nyata tentang Tuhan, Tuhan adalah musuhmu, dan sebelum engkau benar-benar memperlakukan Tuhan seperti demikian, Dia diposisikan sebagai lawanmu, karena engkau merupakan perwujudan Iblis. Jika engkau bersama dengan Kristus, mungkin engkau bisa menyajikan bagi-Nya makanan tiga kali sehari, mungkin menyajikan teh bagi-Nya, memperhatikan kebutuhan hidup-Nya, tampaknya memperlakukan Kristus sebagai Tuhan. Kapan pun sesuatu terjadi, sudut pandang orang selalu bertentangan dengan sudut pandang Tuhan. Mereka selalu gagal memahami sudut pandang Tuhan, gagal untuk menerimanya. Meski orang mungkin bersahabat dengan Tuhan di permukaan, ini tidak berarti bahwa mereka sesuai dengan Tuhan. Segera setelah sesuatu terjadi, kebenaran tentang ketidaktaatan manusia pun muncul, menegaskan permusuhan yang ada di antara manusia dan Tuhan. Permusuhan ini bukan karena Tuhan menentang manusia; bukan karena Tuhan ingin bermusuhan dengan manusia, dan bukan karena Tuhan menempatkan manusia sebagai lawan dan memperlakukan manusia seperti demikian. Sebaliknya, ini adalah kasus esensi yang menentang terhadap Tuhan yang tersembunyi dalam kehendak subjektif manusia, dan dalam pikiran bawah sadar manusia. Karena manusia menganggap semua yang berasal dari Tuhan sebagai objek penelitiannya, tanggapannya terhadap apa yang berasal dari Tuhan dan apa yang melibatkan Tuhan, di atas segalanya, adalah untuk ditebak, dan diragukan, dan manusia kemudian dengan cepat mengambil suatu sikap yang berkonflik dengan Tuhan, dan menentang Tuhan. Setelah itu, manusia akan mengambil suasana hati yang pasif ini dan membantah Tuhan atau menentang Tuhan, bahkan sampai pada titik ketika dia akan ragu apakah Tuhan semacam ini layak untuk dia ikuti. Terlepas dari kenyataan bahwa rasionalitas manusia mengatakan kepadanya bahwa dia tidak boleh terus bertindak seperti ini, dia akan tetap memilih untuk melakukannya terlepas dari dirinya sendiri, sehingga dia akan tetap melanjutkan tanpa ragu sampai akhir. Sebagai contoh, seperti apakah reaksi pertama dari beberapa orang ketika mereka mendengar desas-desus atau fitnah tentang Tuhan? Reaksi pertama mereka adalah: Aku tidak tahu apakah desas-desus ini benar atau tidak, apakah ada atau tidak, jadi aku akan bersabar menunggu. Mereka pun mulai merenungkan: Tidak ada cara lain untuk memverifikasi hal ini; apakah memang ada? Apakah desas-desus ini benar atau tidak? Meski orang ini tidak menunjukkannya di permukaan, hati mereka sudah mulai meragukannya, sudah mulai menolak Tuhan. Apakah esensi dari sikap semacam ini, sudut pandang semacam ini? Bukankah ini pengkhianatan? Sebelum mereka diperhadapkan dengan perkara tersebut, engkau tidak bisa melihat seperti apakah sudut pandang orang ini—tampaknya mereka tidak berkonflik dengan Tuhan, sepertinya mereka tidak menganggap Tuhan sebagai musuh. Akan tetapi, segera setelah mereka diperhadapkan dengan itu, mereka segera berdiri bersama Iblis dan menentang Tuhan. Apakah artinya ini? Ini berarti bahwa manusia dan Tuhan bertentangan! Itu bukan karena Tuhan menganggap manusia sebagai musuh, namun karena esensi utama manusia itu sendiri bermusuhan terhadap Tuhan. Tidak peduli seberapa lama seseorang mengikuti Tuhan, seberapa banyak mereka membayar; tidak peduli bagaimana seseorang memuja Tuhan, bagaimana mereka menahan diri untuk tidak menentang Tuhan, bahkan mendesak diri mereka untuk mengasihi Tuhan, mereka tidak pernah bisa berhasil memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan. Bukankah ini ditentukan oleh esensi manusia? Jika engkau memperlakukan Dia sebagai Tuhan, engkau benar-benar percaya bahwa Dia adalah Tuhan, masih bisakah engkau memiliki keraguan apa pun terhadap-Nya? Mungkinkah masih ada tanda tanya mengenai diri-Nya dalam hatimu? Tidak mungkin. Kecenderungan dunia ini begitu jahat, ras manusia ini begitu jahat—bagaimana mungkin engkau tidak memiliki pemahaman apa pun tentang itu semua? Engkau sendiri begitu jahat—bagaimana mungkin engkau tidak memiliki pemahaman apa pun tentang itu? Namun cukup beberapa desas-desus, beberapa fitnah, dapat menghasilkan pemahaman yang sebesar itu tentang Tuhan, dapat menghasilkan gagasan sebanyak itu, yang menunjukkan betapa belum dewasanya tingkat pertumbuhanmu! Hanya "dengungan" beberapa nyamuk, beberapa lalat menjijikkan, hanya itu saja yang diperlukan untuk menipumu? Orang seperti apakah ini? Apakah engkau mengetahui apa yang Tuhan pikirkan tentang orang semacam ini? Sikap Tuhan sebenarnya sangat jelas dalam cara Dia memperlakukan orang-orang ini. Perlakuan Tuhan terhadap semua orang ini hanyalah menunjukkan sikap tidak ramah kepada mereka—sikap-Nya adalah tidak memberi perhatian apa pun kepada mereka, dan tidak bersikap serius terhadap orang-orang bodoh ini. Mengapa demikian? Karena dalam hati-Nya, Dia tidak pernah berencana untuk mendapatkan orang-orang yang telah bersumpah memusuhi-Nya sampai akhir, dan yang tidak pernah berencana mencari jalan kesesuaian dengan-Nya. Mungkin, semua firman yang sudah Aku ucapkan ini menyakiti sejumlah orang. Jadi, apakah engkau semua bersedia untuk selalu membiarkan-Ku menyakitimu seperti ini? Terlepas dari apakah engkau semua bersedia atau tidak, semua yang Aku katakan adalah kebenaran! Jika Aku selalu menyakitimu seperti ini, selalu mengekspos lukamu, apakah itu akan memengaruhi citra Tuhan yang luhur di dalam hatimu? (Tidak akan.) Aku setuju bahwa itu tidak akan. Karena sesungguhnya tidak ada Tuhan di dalam hatimu. Tuhan yang luhur yang mendiami hatimu, yang engkau semua bela dan lindungi mati-matian sama sekali bukanlah Tuhan. Melainkan hanyalah hasil imajinasi manusia; itu sama sekali tidak ada. Jadi, lebih baik Aku membeberkan jawaban atas teka-teki ini. Bukankah ini kebenaran yang utuh? Tuhan yang sesungguhnya bukanlah khayalan manusia. Aku berharap engkau semua dapat menghadapi kenyataan ini, dan hal ini akan membantu dalam pengetahuanmu tentang Tuhan.
 Dikutip dari "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"
Jika Anda memiliki kesulitan atau pertanyaan dalam hal iman Anda, Bicara dengan kami
1. Melalui Messenger Hubungi Kami:https://bit.ly/3g2qZYa
2.Hubungi kami di Whatsapp: +62-812-6457-0337

Tidak ada komentar:

Posting Komentar