Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III
Beberapa persekutuan ini telah memberikan dampak yang hebat terhadap setiap orang. Pada saat ini, orang pada akhirnya dapat benar-benar merasakan keberadaan nyata Tuhan dan bahwa Tuhan sebenarnya sangat dekat dengan mereka.
Meskipun orang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah benar-benar memahami pemikiran serta gagasan-Nya seperti sekarang ini. Baik itu pengetahuan maupun tindakan nyata, kebanyakan orang telah mempelajari hal baru dan telah mencapai pengertian yang lebih tinggi. Mereka telah menyadari kesalahan dari pengejaran-pengejaran mereka yang lampau, menyadari kedangkalan pengalaman mereka dan bahwa ada terlalu banyak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan juga menyadari bahwa kekurangan terbesar manusia adalah pengenalan akan watak Tuhan. Pengenalan ini bagi orang-orang adalah sejenis pengetahuan emosional; untuk mencapai tingkat pengetahuan rasional dibutuhkan pendalaman bertahap dan penguatan melalui pengalaman mereka. Sebelum manusia benar-benar memahami Tuhan, secara subjektif dapat dikatakan bahwa mereka memang percaya akan keberadaan Tuhan dalam hati mereka, tetapi mereka tidak punya pemahaman nyata akan pertanyaan-pertanyaan spesifik, seperti misalnya Tuhan seperti apakah Dia itu, apa kehendak-Nya, dan seperti apa watak-Nya, dan bagaimana sikap-Nya yang sebenarnya terhadap umat manusia. Hal tersebut sangat melemahkan iman orang-orang kepada Tuhan─iman mereka sama sekali tidak dapat mencapai kemurnian atau kesempurnaan. Bahkan jika engkau berhadap-hadapan dengan firman Tuhan, atau merasa bahwa engkau telah berjumpa dengan Tuhan lewat pengalamanmu, tetap saja tidak dapat dikatakan bahwa engkau sepenuhnya memahami Dia. Karena engkau tidak mengenal pemikiran Tuhan, atau hal-hal yang Ia sukai dan benci, hal-hal yang membuat-Nya marah dan bersukacita, engkau tidak mempunyai pemahaman yang benar akan Dia. Imanmu dibangun di atas fondasi kesamaran dan angan-angan. Semuanya hanya menuruti hasrat pribadimu. Hal yang demikian masihlah jauh dari kepercayaan yang otentik, dan engkau masih jauh dari seorang percaya yang sejati. Penjelasan akan contoh-contoh dari cerita Alkitab ini telah memungkinkan manusia untuk mengenal hati Tuhan, apa yang Ia pikirkan di setiap langkah pekerjaan-Nya dan mengapa Ia melalukan pekerjaan ini, apa kehendaknya mula-mula dan apa rencana awal-Nya ketika melakukan itu, bagaimana Ia mencapai gagasan-gagasan-Nya, dan bagaimana Ia mempersiapkan dan mengembangkan rencana-Nya. Melalui cerita-cerita tersebut, kita bisa mendapatkan pemahaman mendetil dan spesifik akan setiap maksud Tuhan dan setiap pemikiran nyata selama enam ribu tahun pekerjaan pengelolaan-Nya, dan bagaimana sikapnya terhadap umat manusia pada waktu dan era yang berbeda. Memahami apa yang dipikirkan Tuhan, bagaimana sikap-Nya, dan bagaimana watak-Nya yang Ia ungkapkan ketika menghadapi setiap situasi, dapat membantu setiap orang untuk menyadari keberadaan-Nya yang sebenarnya dengan lebih mendalam, dan merasakan kenyataan-Nya serta keautentikan diri-Nya dengan lebih mendalam. Tujuan-Ku mengatakan cerita-cerita ini bukanlah supaya orang-orang dapat memahami sejarah Alkitabiah, juga bukan demi membantu mereka menjadi dekat dengan kitab-kitab dalam Alkitab atau tokoh-tokoh di dalamnya, dan tentunya bukan untuk membantu orang-orang memahami latar belakang tindakan Tuhan pada Zaman Hukum Taurat. Tujuan-Ku adalah membantu orang-orang memahami kehendak Tuhan, watak-Nya, dan setiap bagian kecil dari diri-Nya, demi mendapatkan pemahaman dan pengenalan yang lebih autentik dan akurat akan Tuhan. Dengan cara ini, hati orang-orang dapat sedikit demi sedikit terbuka bagi Tuhan, menjadi dekat kepada Tuhan, dan mereka dapat lebih baik memahami-Nya, watak-Nya, hakikat-Nya, dan menjadi lebih kenal dengan Tuhan itu sendiri yang sebenarnya.
Pengenalan akan watak Tuhan serta pengetahuan akan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya dapat memberikan dampak positif terhadap manusia. Pengenalan ini dapat membantu mereka untuk lebih merasa percaya kepada Tuhan, dan membantu mereka mencapai ketaatan dan ketakutan yang sejati terhadap-Nya. Lalu, mereka tidak akan lagi menjadi pengikut buta, atau menyembah-Nya secara sembarangan. Tuhan tidak menginginkan orang-orang bodoh atau mereka yang hanya ikut-ikutan. Yang Ia inginkan adalah sekelompok orang yang di dalam hati mereka ada pemahaman dan pengenalan yang jelas akan watak Tuhan dan dapat bertindak sebagai saksi Tuhan; Ia menginginkan orang-orang yang tidak akan pernah meninggalkan-Nya karena keindahan-Nya, karena apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, dan karena watak-Nya yang benar. Sebagai pengikut Tuhan, jika masih ada rasa kurang jelas, atau ambiguitas atau kebingungan di dalam hatimu akan keberadaan sejati Tuhan, akan watak-Nya, akan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, dan akan rencana-Nya untuk menyelamatkan umat manusia, maka imanmu tidak akan mendapatkan pujian dari Tuhan. Tuhan tidak menginginkan orang seperti ini mengikuti-Nya, dan Ia tidak menyukai orang seperti datang ke hadapan-Nya. Karena orang seperti ini tidak memahami Tuhan, mereka tidak dapat memberikan hati mereka kepada Tuhan—hati mereka tertutup bagi-Nya, sehingga iman mereka kepada Tuhan dipenuhi ketidakmurnian. Tindakan mereka mengikuti Tuhan tidak lain dapat dikatakan tindakan buta. Orang hanya bisa mendapatkan kepercayaan sejati dan menjadi pengikut sejati apabila mereka memiliki pemahaman dan pengenalan yang benar akan Tuhan, yang menciptakan ketaatan dan ketakutan yang benar akan Dia. Hanya dengan demikianlah mereka dapat memberikan hati mereka kepada Tuhan, membuka hati mereka bagi-Nya. Inilah yang Tuhan inginkan, karena semua yang mereka lakukan dan pikirkan akan bisa tahan terhadap ujian Tuhan, dan mereka dapat bersaksi tentang Tuhan. Segalanya yang Kukatakan kepadamu tentang watak Tuhan, atau tentang apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, atau tentang kehendak dan pemikiran-Nya dalam segala tindakan yang Ia ambil, lalu dari perspektif mana pun, dari sudut pandang mana pun Aku berbicara mengenai ini, semuanya adalah demi menolongmu menjadi lebih yakin akan keberadaan nyata Tuhan, dan membuatmu sungguh-sungguh memahami dan menghargai kasih-Nya terhadap umat manusia, dan membuatmu semakin sungguh-sungguh memahami dan menghargai kepedulian Tuhan terhadap manusia, dan keinginan-Nya yang tulus untuk mengelola dan menyelamatkan umat manusia.
Saat ini kita akan pertama-tama merangkum pemikiran, gagasan, dan setiap gerakan Tuhan sejak penciptaan manusia, dan juga membahas pekerjaan yang Ia kerjakan sejak penciptaan dunia sampai secara resmi dimulainya Zaman Kasih Karunia. Kita kemudian dapat menemukan mana saja dari pemikiran dan gagasan Tuhan yang tidak diketahui oleh manusia, dan dari situ kita dapat memperjelas urutan dari rencana pengelolaan Tuhan, dan kita dapat memahami secara menyeluruh konteks di mana Tuhan menciptakan pekerjaan pengelolaan-Nya, berikut sumber serta proses perkembangannya. Kita juga dapat memahami secara menyeluruh hasil-hasil seperti apa yang Ia inginkan dari pekerjaan pengelolaan-Nya—yaitu, inti dan tujuan dari pekerjaan pengelolaan-Nya. Demi mengerti hal-hal tersebut kita perlu kembali ke saat yang diam dan tenang ketika belum ada manusia ….
Ketika Tuhan bangkit dari peristirahatannya, yang terpikir oleh-Nya pertama kali adalah ini: menciptakan seseorang yang hidup, manusia nyata yang hidup—seseorang yang akan hidup bersama dan menjadi pendamping-Nya terus menerus. Orang ini dapat mendengarkan-Nya, dan Tuhan dapat memberitahu dan berbicara kepadanya. Lalu, untuk pertama kalinya, Tuhan mengambil segenggam tanah dan menggunakannya untuk menciptakan manusia hidup pertama yang ada dalam bayangan-Nya, lalu memberi nama kepada makhluk hidup ini—Adam. Setelah Tuhan mendapatkan orang yang hidup dan bernapas ini, bagaimanakah perasaan-Nya? Untuk pertama kalinya, Ia merasakan sukacita memiliki orang yang dikasihi, seorang pendamping. Ia juga merasakan untuk pertama kalinya tanggung jawab sebagai Bapa dan kekhawatiran yang datang bersama tanggung jawab itu. Orang yang hidup dan bernapas ini memberikan kebahagiaan dan sukacita bagi Tuhan; Ia merasa terhibur untuk pertama kalinya. Inilah hal pertama yang Tuhan lakukan yang tidak dikerjakan oleh pemikiran maupun perkataan-Nya, melainkan dilakukan oleh kedua tangan-Nya. Ketika makhluk seperti ini—seseorang yang hidup dan bernapas—berdiri di hadapan Tuhan, terbuat dari daging dan darah, dengan tubuh dan wujud, dan dapat bercakap dengan Tuhan, Ia merasakan suka cita yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya. Ia benar-benar merasakan tanggung jawab-Nya dan makhluk hidup ini tidak hanya menarik hati-Nya, tapi setiap langkah kecilnya juga menyentuh dan menghangatkan hati-Nya. Jadi ketika makhluk hidup ini berdiri di hadapan Tuhan, ini merupakan pertama kalinya Ia berpikir untuk mendapatkan lebih banyak orang-orang seperti ini. Inilah rangkaian peristiwa yang dimulai dari pemikiran mula-mula Tuhan tersebut. Bagi Tuhan, semua peristiwa ini merupakan kali pertama, tapi dalam peristiwa-peristiwa pertama ini, terlepas dari apa yang Ia rasakan pada saat itu—sukacita, tanggung jawab, kepedulian—Ia tidak bisa membagikan perasaan-perasaan tersebut dengan orang lain. Dimulai dari saat itu, Tuhan benar-benar merasakan kesepian dan kesedihan yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya. Ia merasa bahwa umat manusia tidak dapat menerima atau mengerti kasih dan kepedulian-Nya, ataupun niat-Nya terhadap umat manusia, sehingga Ia masih merasakan kesedihan dan kepedihan di dalam hati-Nya. Walaupun Ia telah melakukan hal-hal tersebut bagi manusia, manusia tidak sadar akan itu dan tidak mengerti. Di luar kebahagiaan, suka cita, dan penghiburan yang diberikan manusia kepada-Nya, turut datang rasa sedih dan kesepian yang pertama kali bagi-Nya. Inilah pemikiran dan perasaan Tuhan pada waktu itu. Saat Tuhan sedang melakukan semua hal ini, di dalam hati-Nya bercampur aduk, dari sukacita menjadi kesedihan, dari kesedihan menjadi kepedihan, semuanya bercampur dengan kecemasan. Yang ingin Ia lakukan hanyalah secepatnya membuat orang ini, membuat bangsa manusia ini, tahu akan apa isi hati-Nya dan mengerti maksud-Nya. Kemudian, mereka dapat menjadi pengikut-Nya dan menjadi sesuai dengan-Nya. Mereka tidak akan perlu lagi diam saja ketika mendengar Tuhan berbicara; mereka tidak akan lagi tak sadar akan cara bergabung dengan Tuhan dalam pekerjaan-Nya; dan yang terutama, mereka tidak akan lagi menjadi orang-orang yang abai terhadap kebutuhan-kebutuhan Tuhan. Hal-hal mula-mula ini Tuhan lengkapi sangatlah berarti dan mempunya nilai yang besar bagi rencana pengelolaan-Nya, dan juga bagi umat manusia pada zaman sekarang.
Setelah menciptakan segala hal dan manusia, Tuhan tidak beristirahat. Ia tidak sabar untuk mengerjakan pengelolaan-Nya, Ia tidak sabar untuk mendapatkan orang-orang yang sangat Ia kasihi di antara umat manusia.
Selanjutnya, tidak lama setelah Tuhan menciptakan manusia, kita melihat dari Alkitab bahwa air bah melanda seluruh dunia. Nuh disebutkan dalam catatan mengenai air bah ini, dan dapat dikatakan bahwa Nuh merupakan orang pertama yang menerima panggilan Tuhan untuk bekerja bersama-Nya demi menyelesaikan tugas dari Tuhan. Tentu saja, ini juga merupakan kali pertama Tuhan memanggil seseorang di bumi untuk melakukan sesuatu sesuai perintah-Nya. Ketika Nuh telah selesai membangun bahtera, Tuhan membajiri bumi untuk pertama kalinya. Ketika Tuhan meratakan bumi oleh air bah tersebut, ini adalah pertama kalinya semenjak menciptakan manusia Tuhan dipenuhi rasa muak terhadap manusia; inilah yang memaksa Tuhan untuk mengambil keputusan berat untuk menghancurkan ras manusia oleh air bah. Setelah air bah meratakan bumi, Tuhan membuat perjanjian pertama-Nya dengan manusia bahwa Ia tidak akan melakukan hal ini lagi. Tanda dari perjanjian ini adalah pelangi. Inilah perjanjian pertama Tuhan dengan manusia, jadi pelangi merupakan tanda pertama dari perjanjian yang diberikan Tuhan. Pelangi ini adalah hal yang nyata, dan secara fisik benar-benar ada. Keberadaan pelangi inilah yang sering membuat Tuhan merasakan kesedihan karena kehilangan umat manusia sebelumnya, sekaligus menjadi pengingat untuk-Nya akan apa yang menimpa mereka…. Tuhan tidak akan memperlambat pergerakan-Nya—Ia tidak sabar untuk mengambil langkah selanjutnya dalam pengelolaan-Nya. Selanjutnya, Tuhan memilih Abraham sebagai pilihan utama untuk pekerjaan-Nya di seluruh Israel. Ini juga merupakan kali pertama Tuhan memilih kandidat yang demikian. Tuhan memutuskan untuk mulai melakukan pekerjaan-Nya menyelamatkan umat manusia melalui orang ini, dan untuk melanjutkan pekerjaan-Nya melalui keturunan orang tersebut. Kita dapat melihat di dalam Alkitab bahwa inilah yang Tuhan lakukan kepada Abraham. Tuhan kemudian menjadikan Israel tanah pilihan yang pertama, dan memulai pekerjaan-Nya pada Zaman Hukum Taurat melalui orang-orang pilihan-Nya, bangsa Israel. Sekali lagi untuk pertama kalinya, Tuhan memberikan kepada bangsa Israel aturan-aturan dan hukum-hukum yang harus dipatuhi umat manusia, dan menjelaskan aturan-aturan tersebut dengan terperinci Ini adalah kali pertama Tuhan membekali manusia dengan aturan-aturan khusus dan standar untuk mengatur perkara-perkara seperti bagaimana mereka harus memberi korban, bagaimana mereka harus hidup, apa yang patut dan tidak patut mereka lakukan, perayaan dan hari-hari besar apa yang harus mereka peringati, dan prinsip-prinsip apa yang harus mereka anut dalam melakukan apa pun. Inilah pertama kalinya Tuhan memberi kepada umat manusia peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang sedemikian standar dan terperinci bagi hidup mereka.
Ketika Aku mengatakan “kali pertama,” ini artinya Tuhan belum pernah menyelesaikan pekerjaan seperti itu sebelumnya. Itu adalah hal yang tidak pernah ada sebelumnya, dan meskipun Tuhan telah menciptakan umat manusia dan Ia telah menciptakan segala jenis ciptaan dan makhluk hidup, Ia tidak pernah merampungkan pekerjaan sejenis itu. Semua pekerjaan ini melibatkan pengelolaan Tuhan terhadap manusia; semuanya berkaitan dengan manusia dan penyelamatan dan pengelolaan manusia oleh-Nya. Setelah Abraham, Tuhan mengambil pilihan sekali lagi untuk kali pertama—Ia memilih Ayub untuk menjadi orang di bawah hukum Taurat yang dapat bertahan dari cobaan Iblis, dengan tidak henti-hentinya takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan dan bersaksi bagi-Nya. Ini juga merupakan kali pertama Tuhan memperbolehkan Iblis mencobai manusia, dan juga merupakan kali pertama Ia bertaruh dengan Iblis. Pada akhirnya, untuk pertama kalinya, Tuhan mendapatkan seseorang yang mampu bersaksi bagi-Nya selagi menghadapi Iblis—seseorang yang dapat menjadi saksi bagi-Nya dan mempermalukan Iblis secara telak. Sejak Tuhan menciptakan umat manusia, ialah orang pertama yang Tuhan menangkan yang mampu bersaksi bagi-Nya. Begitu Ia telah mendapatkan orang ini, Tuhan bahkan semakin tidak sabar untuk melanjutkan pengelolaan-Nya dan memulai tahapan selanjutnya dari pekerjaan-Nya, mempersiapkan pilihan dan tempat selanjutnya untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Setelah melakukan persekutuan mengenai semua hal ini, apakah engkau semua memiliki pemahaman yang benar akan kehendak Tuhan? Tuhan memandang pengelolaan umat manusia, penyelamatan umat manusia pada saat ini, sebagai hal yang lebih penting dari segalanya. Ia melakukan hal-hal ini tidak hanya dengan pikiran-Nya, dan juga tidak hanya dengan perkataan-Nya, dan terutama Ia tidak melakukannya secara sembarangan—Ia mengerjakan segalanya dengan perencanaan, dengan tujuan, dengan standar, dan oleh kehendak-Nya. Sangatlah jelas bahwa pekerjaan untuk menyelamatkan umat manusia ini mempunyai arti yang besar baik bagi Tuhan maupun bagi manusia. Tidak peduli seberapa sulit pekerjaan itu, tidak peduli seberapa besar rintangannya, tidak peduli seberapa lemah manusia, atau seberapa kuat sifat membangkang manusia sebenarnya, tak ada yang menyulitkan bagi Tuhan. Tuhan menyibukkan diri-Nya, melakukan upaya-Nya yang sungguh-sungguh serta mengelola pekerjaan yang ingin Ia sendiri kerjakan. Ia juga mengatur segala hal, dan menguasai semua orang dan pekerjaan yang ingin Ia sempurnakan—tidak ada satu pun dari hal-hal ini pernah dikerjakan sebelumnya. Ini adalah kali pertama Tuhan menggunakan metode-metode ini dan membayar harga yang besar untuk proyek besar pengelolaan dan penyelamatan manusia. Ketika Tuhan sedang melakukan pekerjaan ini, sedikit demi sedikit Ia sedang menyatakan kepada manusia tanpa menyembunyikan apa-apa tentang kerja keras-Nya, siapa Dia dan apa yang Ia miliki, hikmat dan kemahakuasaan-Nya, dan setiap aspek dari watak-Nya. Ia mengungkapkan segalanya kepada umat manusia sedikit demi sedikit, mengungkapkan dan menyatakan hal-hal ini seperti yang belum pernah Ia lakukan sebelumnya. Dengan demikian, di seluruh alam semesta, di luar orang-orang yang hendak Tuhan kelola dan selamatkan, tidak ada lagi ciptaan lain yang demikian dekatnya dengan Tuhan, yang memiliki hubungan begitu intim dengan-Nya. Di dalam hati-Nya, umat manusia yang ingin Ia kelola dan selamatkan sangatlah penting, dan Ia memandang mereka berharga di atas segalanya; meskipun Ia telah membayar harga yang sangat mahal demi mereka, dan meskipun Ia terus-menerus disakiti dan tidak ditaati oleh mereka, Ia tidak pernah meninggalkan mereka dan melanjutkan pekerjaan-Nya tanpa mengenal lelah, tanpa keluhan ataupun penyesalan. Ini karena Ia tahu, cepat atau lambat, manusia pada suatu hari akan terbangun oleh panggilan-Nya, akan tergerak oleh firman-Nya, akan mengakui bahwa Ia adalah Tuhan segala ciptaan, lalu kembali ke sisi-Nya ….
Setelah mendengarkan semua hal ini sekarang, engkau semua mungkin merasa bahwa apa yang Tuhan lakukan adalah hal yang biasa. Nampaknya manusia telah senantiasa merasakan sebagian dari kehendak Tuhan bagi mereka baik dari firman-Nya maupun dari pekerjaan-Nya, tapi selalu saja ada jarak di antara perasaan mereka atau pengetahuan mereka dan apa yang sebenarnya sedang dipikirkan Tuhan. Jadi, menurut-Ku adalah perlu untuk menyampaikan kepada semua orang tentang mengapa Tuhan menciptakan manusia, dan latar belakang di balik keinginan-Nya mendapatkan semua orang yang Ia harapkan. Adalah hal yang penting untuk membagikan hal ini dengan semua orang, sehingga menjadi jelas di dalam hati mereka. Karena setiap pemikiran dan gagasan Tuhan, dan setiap fase dan periode pekerjaan-Nya terhubung, dan terkait erat dengan, seluruh pekerjaan pengelolaan-Nya, maka ketika engkau memahami pemikiran, gagasan, dan kehendak Tuhan dalam setiap langkah pekerjaan-Nya, ini sama dengan memahami sumber pekerjaan dari rencana pengelolaan-Nya. Di atas fondasi inilah pemahamanmu akan Tuhan diperdalam. Meskipun semua yang dilakukan Tuhan ketika Ia mula-mula menciptakan dunia, yang Kusebutkan sebelumnya, hanyalah sekadar informasi bagi orang di zaman sekarang dan nampak tidak ada kaitannya dengan pengejaran akan kebenaran, sepanjang pengalamanmu, akan datang hari ketika engkau tidak lagi mengganggap hal ini sepele sebagai potongan-potongan informasi, ataupun menganggap sepele hal itu sebagai suatu misteri. Seiring perjalanan hidupmu dan ketika Tuhan menempati sedikit tempat di hatimu, atau saat engkau memahami lebih menyeluruh dan lebih dalam akan kehendak-Nya, engkau akan benar-benar memahami betapa penting dan perlunya hal-hal yang Aku beritahukan kepadamu sekarang ini. Tidak peduli sejauh mana engkau semua telah menerima ini; sudah semestinya engkau semua mengerti dan mengetahui hal-hal ini. Ketika Tuhan melakukan sesuatu, ketika Ia mengerjakan pekerjaan-Nya, tidak peduli apakah oleh pemikiran-Nya atau oleh kedua tangan-Nya, tidak peduli apakah itu merupakan kali pertama atau kali terakhir Ia mengerjakannya—pada akhirnya, Tuhan memiliki rencana, begitu juga maksud dan pemikiran-Nya ada dalam semua hal yang Ia kerjakan. Tujuan dan maksud-maksud ini merepresentasikan watak Tuhan, dan menggambarkan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Kedua hal ini—watak Tuhan serta apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya—harus dimengerti oleh setiap orang. Setelah seseorang memahami watak-Nya dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, mereka secara bertahap dapat memahami mengapa Tuhan melakukan apa yang Ia kerjakan dan mengapa Ia mengatakan apa yang Ia katakan. Dari situ, mereka kemudian dapat lebih beriman untuk mengikuti Tuhan, untuk mengejar kebenaran, dan untuk mengejar perubahan watak. Dengan kata lain, pengertian manusia akan Tuhan dan iman mereka kepada Tuhan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Meskipun apa yang didengar atau dipahami orang-orang adalah watak Tuhan, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, apa yang mereka dapatkan adalah kehidupan yang berasal dari Tuhan. Begitu engkau telah dibentuk oleh kehidupan ini, ketakutanmu akan Tuhan akan menjadi semakin besar, lalu menuai panen ini dapat dilakukan dengan sangat mudah. Jika engkau tidak ingin memahami atau mengetahui tentang watak Tuhan atau hakikat-Nya, jika engkau bahkan tidak mau merenungkan atau memusatkan pikiranmu pada hal-hal ini, Aku dapat memastikan bahwa jalan iman kepada Tuhan yang sedang engkau kejar tidak akan pernah benar-benar memuaskan kehendak-Nya atau membuatmu mendapatkan pujian dari-Nya. Lebih dari itu, engkau tidak akan pernah benar-benar mencapai keselamatan—ini adalah konsekuensi akhir. Ketika orang tidak memahami Tuhan dan tidak mengenal watak-Nya, hati mereka tidak akan benar-benar terbuka bagi-Nya. Setelah mereka memahami Tuhan, mereka akan mulai memahami dan mengecap apa yang ada di dalam hati-Nya dengan minat dan keyakinan. Ketika engkau memahami dan mengecap apa yang ada di dalam hati Tuhan, hatimu akan secara bertahap, sedikit demi sedikit, terbuka bagi-Nya. Ketika hatimu terbuka bagi-Nya, engkau akan merasakan betapa memalukan dan hinanya caramu berurusan dengan Tuhan, tuntutanmu akan Tuhan, dan hasrat mulukmu. Ketika hatimu sungguh-sungguh terbuka bagi Tuhan, engkau akan melihat bahwa hati-Nya adalah dunia tanpa batas, dan engkau akan memasuki alam yang tidak pernah engkau alami sebelumnya. Dalam alam ini tidak ada kecurangan, tidak ada penipuan, tidak ada kegelapan, dan tidak ada kejahatan. Hanya ada ketulusan dan kesetiaan; hanya terang dan kejujuran; hanya kebenaran dan kebaikan. Alam ini dipenuhi cinta dan kepedulian, dipenuhi belas kasihan dan toleransi, dan olehnya engkau akan merasakan kebahagiaan dan sukacita hidup. Hal-hal inilah yang akan diungkapkan-Nya kepadamu saat engkau membuka hatimu bagi Tuhan. Dunia tanpa batas ini dipenuhi hikmat Tuhan, dan penuh oleh kemahakuasaan-Nya, juga dipenuhi kasih dan otoritas-Nya. Di sana engkau dapat melihat setiap aspek dari apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, apa yang membuat-Nya bersukacita, mengapa Ia khawatir dan mengapa Ia menjadi sedih, mengapa Ia menjadi marah… Ini adalah apa yang dapat dilihat setiap orang yang membuka hati mereka lalu mempersilakan Tuhan untuk masuk. Tuhan hanya dapat masuk ke dalam hatimu apabila engkau membukakan hatimu bagi-Nya. Engkau hanya dapat melihat apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, dan engkau hanya dapat melihat kehendak-Nya bagimu apabila Ia telah masuk ke dalam hatimu. Pada saat itu, engkau akan menemukan bahwa segala hal mengenai Tuhan begitu berharga, bahwa apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya sangatlah pantas dihargai. Dibandingkan dengan hal itu, orang-orang di sekelilingmu, benda-benda dan peristiwa dalam hidupmu, dan bahkan orang-orang terkasihmu, pasanganmu, dan hal-hal yang engkau kasihi, tidaklah layak bahkan hanya untuk disebutkan. Semua itu begitu kecil, begitu rendah; engkau akan merasa bahwa tidak ada lagi objek materiel yang mampu membuatmu tertarik, dan semua itu tidak dapat membuatmu membayar harga apa pun demi mendapatkannya. Dalam kerendahhatian Tuhan engkau akan melihat keagungan-Nya dan keunggulan-Nya. Terlebih dari itu, dalam hal-hal yang telah Ia lakukan yang sebelumnya engkau pandang kecil, engkau akan melihat hikmat-Nya yang tak terhingga dan toleransi-Nya, dan engkau akan melihat kesabaran-Nya, ketabahan-Nya, dan pengertian-Nya akan engkau. Di dalam dirimu hal ini akan membuat engkau mengasihi-Nya. Pada hari itu, engkau akan merasa bahwa umat manusia hidup di tengah dunia yang begitu menjijikkan, bahwa orang-orang di sampingmu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupmu, dan bahkan mereka yang engkau kasihi, kasih mereka terhadapmu, bahkan yang mereka sebut perlindungan dan kepedulian mereka terhadapmu tidak pantas lagi disebut-sebut—hanya Tuhan-lah kekasihmu, dan hanya Tuhan yang paling berharga bagimu. Ketika hari itu tiba, Aku percaya akan ada orang-orang yang berkata: kasih Tuhan sungguh luar biasa, dan hakikat-Nya begitu kudus—di dalam Tuhan tidak ada muslihat, tidak ada kejahatan, tidak ada iri hati, dan tidak ada perselisihan, hanya ada kebenaran dan keautentikan, dan segala sesuatu yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya haruslah didambakan oleh manusia. Manusia harus berjuang dan mencita-citakan hal itu. Berdasarkan apakah kemampuan manusia untuk mencapai hal itu dibangun? Itu dibangun berdasarkan pemahaman manusia akan watak Tuhan, dan pemahaman mereka akan hakikat Tuhan. Jadi, memahami watak Tuhan dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, merupakan pelajaran seumur hidup bagi setiap orang, dan merupakan tujuan seumur hidup bagi setiap orang yang berusaha untuk mengubah watak mereka, dan berusaha mengenal Tuhan.
Kita baru saja membahas semua pekerjaan yang telah dirampungkan Tuhan, serangkaian hal yang Ia lakukan untuk pertama kalinya. Masing-masing dari hal-hal tersebut relevan dengan rencana pengelolaan Tuhan dan kehendak Tuhan. Semua itu juga relevan dengan watak dan hakikat Tuhan. Jika kita ingin memahami lebih baik lagi apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Tuhan itu, kita tidak boleh berhenti pada Perjanjian Baru atau pada Zaman Hukum Taurat, melainkan terus maju melihat langkah-langkah selanjutnya yang diambil Tuhan dalam pekerjaan-Nya. Jadi, ketika Tuhan mengakhiri Zaman Hukum Taurat dan memulai Zaman Kasih Karunia, langkah-langkah kita sendiri telah sampai ke Zaman Kasih Karunia—sebuah zaman yang penuh dengan kasih karunia dan penebusan. Pada zaman ini, Tuhan sekali lagi melakukan hal yang sangat penting untuk kali pertama. Pekerjaan pada zaman baru ini baik bagi Tuhan dan manusia merupakan titik permulaan. Titik permulaan baru ini sekali lagi adalah pekerjaan baru yang Tuhan lakukan untuk pertama kalinya. Pekerjaan baru ini adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan Tuhan dan tidak bisa dibayangkan oleh manusia maupun segala makhluk lain. Ini adalah sesuatu yang pada saat ini telah dikenal baik oleh semua orang—inilah kali pertama Tuhan menjadi manusia, kali pertama Ia memulai pekerjaan baru dalam wujud manusia, dengan jati diri seorang manusia. Pekerjaan baru ini menandakan bahwa Tuhan telah menggenapi pekerjaan-Nya pada Zaman Hukum Taurat, bahwa Ia tidak lagi melakukan atau mengatakan apa pun di bawah suatu hukum Taurat. Ia juga tidak mengatakan atau melakukan apa-apa dalam bentuk hukum Taurat, atau sesuai prinsip, atau aturan hukum Taurat. Dengan kata lain, semua pekerjaan-Nya yang berdasarkan hukum Taurat telah berhenti selama-lamanya dan tidak akan berlanjut, karena Tuhan ingin memulai pekerjaan yang baru dan mengerjakan hal-hal baru, dan rencana-Nya sekali lagi memiliki titik permulaan yang baru. Dengan demikian, Tuhan telah memimpin umat manusia ke zaman selanjutnya.
Apakah ini merupakan kabar sukacita atau kabar buruk bagi manusia, itu bergantung pada apa hakikat mereka. Dapat dikatakan bahwa ini bukan merupakan kabar sukacita, melainkan kabar buruk bagi sebagian orang, karena ketika Tuhan memulai pekerjaan baru-Nya, orang-orang yang hanya mengikuti hukum taurat dan peraturan, yang hanya mengikuti doktrin tapi tidak takut akan Tuhan cenderung akan menggunakan pekerjaan Tuhan yang lama untuk mengutuk pekerjaan-Nya yang baru. Bagi orang-orang tersebut, ini merupakan kabar buruk; tapi bagi setiap orang yang bersih dan terbuka, yang tulus kepada Tuhan dan mau menerima penebusan-Nya, inkarnasi pertama Tuhan adalah kabar penuh sukacita. Karena mereka adalah manusia, dan itu merupakan kali pertama Tuhan muncul dan tinggal di tengah umat manusia dalam wujud yang bukan roh. Sebaliknya, Ia dilahirkan sebagai manusia dan hidup di tengah orang banyak sebagai Anak manusia, dan bekerja di tengah mereka. Pekerjaan “kali pertama” ini meruntuhkan konsepsi orang-orang dan merupakan hal yang di luar semua imajinasi mereka. Selain itu, semua pengikut Tuhan mendapatkan keuntungan yang nyata. Tuhan tidak hanya mengakhiri zaman yang lama, Ia juga mengakhiri metode dan gaya kerja-Nya yang lama. Ia tidak lagi memperbolehkan pengantar pesan-Nya untuk menyampaikan kehendak-Nya, dan Ia tidak lagi bersembunyi di balik awan, dan Ia tidak lagi menampakkan diri atau berbicara kepada manusia dengan keras melalui petir. Berbeda dengan yang sudah-sudah, melalui cara yang tidak bisa dibayangkan manusia dan yang sulit dipahami dan diterima mereka—dengan menjadi daging—Ia menjadi Anak manusia untuk mengembangkan pekerjaan pada zaman itu. Langkah ini mengejutkan umat manusia, dan juga merupakan hal yang sangat tidak nyaman bagi mereka, karena Tuhan sekali lagi memulai pekerjaan baru yang belum pernah Ia lakukan sebelumnya. Di zaman sekarang ini, kita akan melihat pekerjaan yang baru seperti apa yang akan dicapai Tuhan di zaman yang baru, dan dalam semua pekerjaan baru ini, watak Tuhan mana, dan apa yang dimiliki-Nya serta siapa diri-Nya, yang dapat kita pahami?
Berikut adalah kata-kata yang tercatat dalam Alkitab Perjanjian Baru
1. (Matius 12:1) Pada saat itu Yesus berjalan melewati ladang jagung pada hari Sabat. Karena murid-murid-Nya lapar, mereka pun mulai memetik jagung dan memakannya.
2. (Matius 12:6-8) Tetapi Aku berkata kepadamu, bahwa di tempat ini ada yang lebih besar daripada Bait Suci. Tetapi jika engkau mengerti apa artinya ini, Aku menghendaki belas kasihan dan bukan korban persembahan, tentu engkau tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan bahkan atas hari Sabat.
Mari kita perhatikan ayat ini: “Pada saat itu Yesus berjalan melewati ladang jagung pada hari Sabat. Karena murid-murid-Nya lapar, mereka pun mulai memetik jagung dan memakannya.”
Mengapa kita memilih ayat ini? Apa hubungannya dengan watak Tuhan? Dalam teks ini, yang pertama kita ketahui adalah bahwa saat itu adalah hari Sabat, tetapi Tuhan Yesus bepergian dan memimpin murid-muridnya berjalan melewati ladang jagung. Yang lebih “tidak patut” adalah bahwa mereka “mulai memetik jagung dan memakannya.” Pada Zaman Hukum Taurat, menurut hukum Taurat dari Yahweh orang-orang tidak boleh bepergian dan melakukan aktivitas pada hari Sabat—ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan pada hari Sabat. Tindakan yang dilakukan oleh Yesus ini merupakan hal yang mengherankan bagi orang-orang yang telah lama hidup di bawah hukum Taurat, dan ini bahkan mendatangkan kritik. Terkait kebingungan yang mereka rasakan dan bagaimana pendapat mereka tentang apa yang Yesus lakukan, kita akan mengesampingkannya untuk sementara demi terlebih dahulu membahas mengapa Tuhan Yesus memilih melakukan ini tepat pada hari Sabat, bukannya hari-hari lain, dan apa yang sebenarnya ingin Ia sampaikan kepada orang-orang yang telah lama hidup di bawah hukum Taurat melalui tindakan tersebut. Inilah hubungan antara ayat ini serta watak Tuhan yang ingin Kubicarakan.
Ketika Tuhan Yesus datang, Ia menggunakan tindakan nyata-Nya untuk menyampaikan kepada orang-orang: Tuhan telah meninggalkan Zaman Hukum Taurat dan memulai pekerjaan baru, dan pekerjaan baru ini tidak memerlukan peringatan hari Sabat; ketika Tuhan keluar dari batasan hari Sabat, ini hanya merupakan penggalan kecil dari pekerjaan baru-Nya kelak, dan pekerjaan besar-Nya yang sesungguhnya masih akan berlanjut. Ketika Tuhan Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia telah meninggalkan belenggu Zaman Hukum Taurat, dan telah mendobrak peraturan dan prinsip-prinsip pada zaman tersebut. Di dalam-Nya, tidak lagi tersisa apa pun yang terkait dengan hukum Taurat; Ia telah menanggalkannya sepenuhnya dan tidak lagi memperingatinya, dan Ia tidak lagi memerlukan umat manusia untuk memperingatinya. Jadi di sini engkau melihat bahwa Tuhan Yesus berjalan melewati ladang jagung pada hari Sabat; Tuhan tidak beristirahat, tapi berada di luar melakukan pekerjaan. Tindakan-Nya ini menggoncang konsepsi orang-orang pada waktu itu dan menyampaikan kepada mereka bahwa Ia tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, dan bahwa Ia telah meninggalkan batasan hari Sabat dan menampakkan diri di hadapan umat manusia, dalam wujud yang baru di tengah mereka, dengan cara kerja yang baru pula. Tindakan-Nya ini menyampaikan kepada orang-orang bahwa Ia membawa beserta-Nya pekerjaan baru yang dimulai dengan meninggalkan hukum Taurat dan hari Sabat. Ketika Tuhan melaksanakan pekerjaan baru-Nya, Ia tidak lagi berpegangan pada masa lampau, dan Ia tidak lagi peduli dengan peraturan dari Zaman Hukum Taurat. Ia juga tidak terpengaruh oleh pekerjaan-Nya dari zaman sebelumnya. Ia bekerja seperti biasa pada hari Sabat dan ketika murid-muridnya lapar, mereka dapat mengambil jagung untuk dimakan. Semua ini adalah hal yang biasa di mata Tuhan. Tuhan dapat mengadakan permulaan yang baru untuk banyak dari pekerjaan yang ingin Ia lakukan dan untuk hal-hal yang ingin Ia katakan. Setelah Ia mengadakan permulaan yang baru, Ia tidak lagi menyebutkan pekerjaan-Nya yang sebelumnya dan Ia tidak lagi melanjutkannya. Karena Tuhan memegang prinsip-Nya dalam pekerjaan-Nya. Ia ingin memulai pekerjaan baru saat Ia ingin membawa umat manusia ke tahapan baru dari pekerjaan-Nya, dan ketika pekerjaan-Nya telah memasuki fase yang lebih tinggi. Apabila orang-orang terus berbuat sesuai perkataan atau peraturan yang lama atau terus berpegang teguh pada hal-hal tersebut, Ia tidak akan memperingati atau memujinya. Ini karena Ia telah membawa pekerjaan yang baru, dan telah memasuki fase yang baru dari pekerjaan-Nya. Ketika Ia memulai pekerjaan baru, Ia menampakkan diri kepada umat manusia dalam wujud yang benar-benar baru, dari sudut yang benar-benar baru, dan dalam cara yang benar-benar berbeda sehingga orang-orang dapat melihat berbagai aspek berbeda dari watak-Nya dan akan apa yang Ia miliki dan siapa Ia. Ini adalah salah satu tujuan-Nya dalam pekerjaan baru-Nya. Tuhan tidak berpegang pada yang lama atau mengambil jalan yang sudah sering ditapaki; Dalam bekerja dan berkata-kata, Ia sebenarnya tidak suka melarang seperti yang dibayangkan orang. Dalam Tuhan, semuanya bebas dan merdeka, tidak ada larangan dan ketidakleluasaan—yang Ia bawa kepada umat manusia adalah kebebasan dan kemerdekaan. Ia adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang sungguh-sungguh dan benar-benar ada. Ia bukanlah boneka ataupun patung tanah liat, dan Ia benar-benar berbeda dari berhala yang orang-orang dirikan dan sembah. Ia hidup penuh gairah dan semua perkataan dan pekerjaan-Nya membawa segala kehidupan dan terang, segala kebebasan dan kemerdekaan kepada manusia, karena Ia memegang kebenaran, kehidupan, dan jalan—Ia tidak dibatasi oleh apa pun dari pekerjaan-Nya sendiri. Tidak peduli apa yang dikatakan orang dan tidak peduli bagaimana mereka memandang atau menilai pekerjaan baru-Nya, Ia akan mengerjakan pekerjaan-Nya itu tanpa keraguan. Ia tidak akan khawatir akan konsepsi orang-orang, atau akan tuduhan-tuduhan yang terarah pada pekerjaan dan firman-Nya, ataupun penolakan dan perlawanan mereka terhadap pekerjaan baru-Nya. Tak ada satu pun di antara semua ciptaan-Nya yang dengan menggunakan nalar manusia, atau imajinasi manusia, pengetahuan, ataupun moralitas manusia, mampu mengukur atau mendefinisikan apa yang dilakukan Tuhan. Tak ada yang mampu mencela, atau mengacaukan atau menyabotase pekerjaan-Nya. Tidak ada ketidakleluasaan dalam pekerjaan-Nya dan apa yang Ia perbuat, dan pekerjaan-Nya tidak akan dibatasi oleh manusia, hal, atau benda apa pun, dan tidak akan dikacaukan oleh kekuatan musuh mana pun. Dalam pekerjaan baru-Nya, Ia adalah Raja yang maha menang; segala kekuatan musuh dan segala hujatan dan kesesatan dari umat manusia akan terinjak di bawah tumpuan kaki-Nya. Tidak peduli tahapan mana dari pekerjaan-Nya yang Ia sedang kerjakan, itu harus dikembangkan dan diperluas di tengah umat manusia, dan harus dikerjakan tanpa halangan di dalam seluruh alam semesta sampai pekerjaan besar-Nya ini telah selesai. Inilah kemahakuasaan dan hikmat Tuhan; inilah otoritas dan kekuatan-Nya. Dengan demikian, Tuhan Yesus dapat secara terbuka bepergian dan bekerja pada hari Sabat karena di dalam hati-Nya tidak ada peraturan, dan tidak ada pengetahuan atau doktrin yang asalnya dari manusia. Yang Ia bawa adalah pekerjaan baru Tuhan dan jalan-Nya, dan pekerjaan-Nya adalah jalan untuk membebaskan umat manusia, untuk melepaskan mereka, untuk memperkenankan mereka berada dalam terang, dan untuk memperkenankan mereka hidup. Dan mereka yang menyembah berhala atau ilah-ilah palsu hidup setiap harinya diikat oleh Iblis, terikat oleh berbagai jenis peraturan dan tabu—larangan untuk satu hal pada hari ini, larangan lain lagi untuk esok hari—tidak ada kebebasan dalam hidup mereka. Mereka layaknya tahanan yang terbelenggu, tanpa sukacita sama sekali. Apakah yang “larangan” representasikan? Ini merepresentasikan ketidakleluasaan, keterikatan, dan kejahatan. Pada saat seseorang menyembah berhala, ia sedang menyembah ilah palsu, menyembah roh jahat. Larangan datang bersama dengan hal itu. Engkau tidak bisa makan ini atau itu, hari ini engkau tidak bisa bepergian, besok engkau tidak bisa menyalakan tungku, lusa engkau tidak bisa pindah ke rumah baru, hari-hari tertentu harus dipilih untuk pernikahan dan perkabungan, dan bahkan untuk melahirkan bayi. Disebut apakah ini? Ini disebut larangan; inilah perbudakan umat manusia, oleh belenggu Iblis dan roh jahat yang mengendalikan mereka, dan mengikat hati serta tubuh mereka. Apakah larangan-larangan demikian ada pada Tuhan? Ketika membahas tentang kekudusan Tuhan, engkau harus terlebih dahulu memikirkan ini: Bersama Tuhan tidak ada larangan. Tuhan mempunyai prinsip dalam firman dan pekerjaan-Nya, tapi tidak ada larangan, karena Tuhan itu sendiri adalah kebenaran, jalan, dan kehidupan.
Sekarang mari kita perhatikan ayat berikut: “Tetapi Aku berkata kepadamu, bahwa di tempat ini ada yang lebih besar daripada Bait Suci. Tetapi jika engkau mengerti apa artinya ini, Aku menghendaki belas kasihan dan bukan korban persembahan, tentu engkau tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan bahkan atas hari Sabat.” (Matius 12:6-8). Apakah arti dari “Bait Suci” di sini? Sederhananya, “bait suci” di sini merujuk kepada sebuah bangunan megah, tinggi, dan pada Zaman Hukum Taurat, digunakan oleh para imam sebagai tempat menyembah Tuhan. Ketika Tuhan Yesus berkata “di tempat ini ada yang lebih besar daripada Bait Suci,” siapakah yang Ia maksud dengan “ada yang lebih besar”? Jelas bahwa yang dimaksud adalah Tuhan Yesus dalam daging, karena hanya Dia yang lebih besar daripada Bait Suci. Apakah yang ingin Ia sampaikan kepada orang-orang melalui firman-Nya ini? Yang ingin Ia sampaikan kepada orang-orang adalah untuk keluar dari Bait Suci—karena Tuhan telah keluar dan tidak lagi bekerja di dalam bangunan tersebut, sehingga orang-orang harus mencari jejak kaki Tuhan di luar Bait Suci dan mengikuti jejak-Nya dalam pekerjaan baru-Nya. Latar belakang perkataan Tuhan Yesus adalah bahwa di bawah hukum Taurat, orang-orang telah memandang Bait Suci sebagai sesuatu yang lebih besar dari Tuhan itu sendiri. Dengan kata lain, orang-orang lebih menyembah Bait Suci ketimbang menyembah Tuhan, sehingga Tuhan Yesus memperingatkan mereka untuk tidak menyembah berhala, melainkan menyembah Tuhan karena Dia-lah yang terutama. Karena itu Ia berkata, “Aku menghendaki belas kasihan, dan bukan korban persembahan.” Jelas bahwa di mata Tuhan Yesus, kebanyakan orang di bawah hukum taurat tidak lagi menyembah Yahweh, melainkan hanya melakukan proses pemberian persembahan, dan Tuhan Yesus menganggap bahwa proses ini tak lain adalah penyembahan berhala. Para penyembah berhala ini memandang Bait Suci sebagai sesuatu yang lebih besar, lebih tinggi daripada Tuhan. Di dalam hati mereka hanya ada Bait Suci, bukannya Tuhan, dan jika mereka kehilangan Bait Suci itu, mereka pun kehilangan tempat berdiam. Tanpa Bait Suci tidak ada lagi tempat bagi mereka untuk beribadah dan melakukan pengorbanan. Yang disebut kediaman bagi mereka adalah tempat mereka bekerja di bawah panji beribadah kepada Tuhan Yahweh, yang memungkinkan mereka untuk berdiam di dalam Bait Suci dan melakukan urusan mereka sendiri. Yang mereka sebut melakukan pengorbanan tidak lain hanyalah untuk mengerjakan urusan pribadi mereka yang memalukan dengan kedok pelayanan di dalam Bait Suci. Inilah alasan orang-orang pada zaman itu memandang Bait Suci sebagai sesuatu yang lebih besar dari Tuhan. Karena mereka menggunakan Bait Suci sebagai kedok, dan pengorbanan sebagai samaran untuk mencurangi orang lain dan mencurangi Tuhan, Tuhan Yesus mengatakan ini untuk memperingatkan orang-orang. Apabila kamu sekalian menerapkan firman ini pada zaman sekarang, firman ini masih benar dan berlaku. Walaupun orang-orang pada saat ini telah mengalami pekerjaan Tuhan yang berbeda dari yang dialami orang-orang pada Zaman Hukum Taurat, hakikat dari natur mereka masih tetap sama. Dalam konteks pekerjaan pada zaman sekarang, orang-orang masih akan melakukan hal-hal yang serupa dengan menganggap “Bait Suci lebih besar daripada Tuhan.” Sebagai contoh, orang-orang memandang pelaksanaan tugas mereka sebagai mata pencaharian; mereka memandang tindakan bersaksi atas Tuhan dan bertarung melawan si naga merah yang sangat besar sebagai gerakan politik demi membela hak asasi manusia, demi demokrasi dan kebebasan; mereka mengubah tugas untuk menggunakan keterampilan mereka menjadi karier, tapi mereka memperlakukan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan tidak lebih dari sekadar doktrin keagaamaan; dan lain sebagainya. Bukankah ungkapan-ungkapan manusia ini pada intinya sama saja dengan menganggap “Bait Suci lebih besar daripada Tuhan?” Yang berbeda hanyalah bahwa dua ribu tahun lalu, orang-orang melakukan urusan pribadi di dalam bangunan fisik Bait Suci, sedangkan di zaman sekarang, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing dalam Bait Suci yang wujudnya abstrak. Orang-orang demikian yang mencintai peraturan melihat peraturan-peraturan tersebut sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, orang-orang demikian yang mencintai status memandang status sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, mereka yang mencintai karier melihat karier sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, dan lain sebagainya—semua pernyataan mereka membuat-Ku mengatakan: “Orang-orang memuji Tuhan sebagai yang terbesar lewat kata-kata mereka, tetapi dalam pandangan mereka segala hal lain lebih besar daripada Tuhan.” Ini karena begitu mereka menemukan peluang dalam perjalanan mereka mengikuti Tuhan untuk memamerkan bakat mereka, atau untuk mengerjakan urusan atau karier mereka, mereka menjauhkan diri daripada Tuhan dan terjun ke dalam karier yang mereka cintai. Sedangkan untuk yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka, dan kehendak-Nya, hal-hal tersebut telah lama mereka tanggalkan. Dari skenario ini, apakah perbedaan orang-orang ini dengan mereka yang sibuk dengan urusan mereka sendiri di Bait Suci pada dua ribu tahun yang lalu?
Selanjutnya, mari kita perhatikan kalimat terakhir dari ayat dari kitab suci ini: “karena Anak Manusia adalah Tuhan bahkan atas hari Sabat.” Apakah ada sisi praktis dari kalimat ini? Dapatkah kamu sekalian melihat sisi praktisnya? Setiap hal yang Tuhan katakan berasal dari hati-Nya, jadi mengapa Ia mengatakan ini? Bagaimana kamu sekalian memahaminya? Kamu sekalian mungkin mengerti arti dari kalimat ini sekarang, tapi dulunya tidak banyak orang mengerti apa artinya karena umat manusia baru saja keluar dari Zaman Hukum Taurat. Bagi mereka, keluar dari hari Sabat adalah hal yang sangat sulit dilakukan, apalagi untuk memahami apa arti Sabat yang sejati.
Kalimat “Anak Manusia adalah Tuhan bahkan atas hari Sabat” menyampaikan kepada orang-orang bahwa semuanya tentang Tuhan tidak bersifat materiel, dan meskipun Tuhan dapat menyediakan segala kebutuhan materielmu, setelah semua kebutuhan materiel tadi telah terpenuhi, dapatkah kepuasan dari hal-hal materiel ini menggantikan pengejaranmu akan kebenaran? Sudah jelas tidak mungkin! Watak Tuhan, lalu apa yang Ia punya dan siapa Ia, hal-hal yang sudah kita bahas sebelumnya, semuanya adalah kebenaran. Semua itu tidak bisa diukur oleh harga yang mahal dari sebuah objek materiel; nilainya juga tidak bisa ditakar oleh nilai uang, karena itu bukanlah objek materiel, dan karena semua itu membekali kebutuhan hati setiap orang. Bagi masing-masing orang, nilai dari kebenaran yang tak berwujud ini haruslah lebih besar dari harga segala benda materiel yang menurutmu baik, bukankah demikian? Perkataan-perkataan ini adalah sesuatu yang perlu kamu sekalian pahami baik-baik. Nilai kunci dari apa yang telah Aku katakan adalah bahwa apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu dan segalanya tentang Tuhan adalah hal terpenting bagi setiap orang dan tidak bisa digantikan oleh benda materiel apa pun. Aku akan memberimu sebuah contoh: Ketika engkau lapar, engkau memerlukan makanan. Makanan ini bisa secara relatif baik atau secara relatif kurang, tetapi asalkan engkau merasa kenyang, perasaan tidak enak karena lapar tidak akan terasa lagi—ia akan hilang. Engkau bisa duduk dalam kedamaian, dan tubuhmu akan menjadi tenang. Rasa lapar bisa dipuaskan oleh makanan, tetapi ketika engkau mengikuti Tuhan dan merasa bahwa engkau tidak punya pemahaman akan Dia, bagaimanakah engkau mengisi kekosongan di dalam hatimu? Bisakah itu dipuaskan oleh makanan? Atau ketika engkau mengikuti Tuhan dan tidak memahami kehendak-Nya, apakah yang bisa engkau gunakan untuk memuaskan kelaparan di hatimu? Dalam proses engkau mengalami keselamatan melalui Tuhan, seraya mengejar perubahan watakmu, jika engkau tidak memahami kehendak-Nya atau tidak mengenal kebenaran, apabila engkau tidak mengerti akan watak Tuhan, bukankah engkau akan merasa tidak tenang? Tidakkah engkau merasakan kelaparan dan kehausan yang amat sangat di dalam hatimu? Tidakkah perasaan-perasaan tersebut menghalangi perasaan damai di dalam hatimu? Jadi bagaimanakah engkau dapat memuaskan kelaparan di hatimu—adakah cara untuk mengisinya? Sebagian orang pergi berbelanja, sebagian lagi mencari teman untuk berbagi, ada yang tidur untuk mengisi hal itu, ada juga yang membaca lebih banyak firman Tuhan, atau bekerja lebih keras dan mengerahkan upaya lebih besar dalam memenuhi tugas mereka. Dapatkah hal-hal tersebut menyelesaikan kesukaranmu yang sebenarnya? Kamu sekalian sepenuhnya memahami tindakan-tindakan seperti ini. Ketika engkau merasa tidak berdaya, ketika engkau merasakan hasrat yang kuat untuk mendapatkan pencerahan dari Tuhan untuk membuatmu mengenal realitas dari kebenaran dan kehendak-Nya, apakah yang paling engkau butuhkan? Yang engkau butuhkan bukanlah santapan, dan juga bukan serangkaian ucapan murah hati. Lebih dari semua itu, bukanlah ketenangan sementara maupun kepuasan lahiriah—yang engkau butuhkan adalah agar Tuhan secara langsung, secara jelas memberitahukan kepadamu apa yang harus engkau lakukan dan bagaimana melakukannya, memberitahukan kepadamu dengan jelas apa itu kebenaran. Setelah engkau telah memahami ini, meskipun jika hanya sedikit, tidakkah engkau merasa hatimu lebih puas dibandingkan setelah menikmati santapan yang baik? Ketika hatimu dipuaskan, bukankah hatimu, bukankah keseluruhan pribadimu, mendapatkan kedamaian yang sejati? Melalui analogi dan analisis ini, apakah kamu sekalian sekarang paham mengapa Aku ingin membagikan kalimat ini, “Anak Manusia adalah Tuhan bahkan atas hari Sabat,” kepadamu? Artinya adalah bahwa apa yang datang dari Tuhan, apa yang Ia punya dan siapa Ia, dan segala sesuatu yang berkenaan dengan-Nya adalah lebih besar dibandingkan apa pun, termasuk hal atau orang yang sebelumnya engkau anggap sebagai yang paling engkau cintai. Dengan kata lain, apabila seseorang tidak memiliki firman dari mulut Tuhan atau mereka tidak mengerti kehendak-Nya, mereka tidak dapat memperoleh kedamaian. Dalam pengalaman kamu sekalian di masa depan, kamu sekalian akan mengerti mengapa Aku menginginkan kamu sekalian pada saat ini untuk menelaah ayat tersebut—ini sangatlah penting. Semuanya yang dilakukan Tuhan adalah kebenaran dan hidup. Kebenaran bagi umat manusia adalah sesuatu yang tidak boleh kurang dalam hidup mereka; hal yang tanpanya mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa; dan juga dapat dikatakan adalah itu hal yang terbesar. Meskipun engkau tidak bisa melihatnya atau menyentuhnya, nilainya tidak bisa engkau abaikan. Inilah satu-satunya hal yang dapat membawa kedamaian di dalam hatimu.
Apakah pengertian kamu sekalian akan kebenaran berintegrasi dengan keadaanmu? Dalam kehidupan nyata, engkau pertama-tama harus memikirkan bagaimana kebenaran berkaitan dengan orang-orang, hal-hal, atau benda-benda yang pernah engkau temui. Di antara kebenaran-kebenaran inilah engkau dapat menemukan kehendak Tuhan dan menghubungkan apa yang telah engkau temui dengan kehendak-Nya. Apabila engkau tidak tahu aspek-aspek mana saja dari kebenaran yang berkaitan dengan hal-hal yang telah engkau temui, tetapi engkau langsung begitu saja mencari kehendak Tuhan, ini pendekatan yang buta yang tidak akan mendatangkan hasil. Apabila engkau ingin mencari kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, pertama-tama engkau perlu melihat hal-hal seperti apa yang telah datang kepadamu, lalu aspek-aspek kebenaran yang mana saja yang terkait dengan mereka, dan carilah kebenaran dalam firman Tuhan yang terkait dengan pengalamanmu. Kemudian carilah jalan tindakan nyata yang tepat bagimu di dalam kebenaran itu; dengan cara ini engkau akan memperoleh pengertian tidak langsung akan kehendak Tuhan. Mencari dan melakukan kebenaran bukanlah menerapkan sebuah doktrin secara mekanis ataupun mengikuti sebuah rumus. Kebenaran bukanlah hal yang bersifat terumuskan, juga bukan sebuah hukum. Kebenaran tidak mati—tetapi hidup. Itu adalah sesuatu yang hidup, dan merupakan aturan yang harus diikuti makhluk ciptaan dan aturan yang harus dimiliki seorang manusia dalam hidupnya. Ini merupakan hal yang mesti engkau pelajari melalui pengalaman. Tidak peduli berada pada tahapan mana pengalamanmu, engkau tidak bisa dipisahkan dari firman Tuhan atau kebenaran, dan apa yang engkau pahami akan watak Tuhan dan apa yang engkau ketahui tentang apa yang Ia punya dan siapa Ia, semuanya dinyatakan dalam firman Tuhan. Semua itu tidak dapat dipisahkan dan terhubung dengan kebenaran. Watak Tuhan, lalu apa yang Ia punya dan siapa Ia dengan sendirinya adalah kebenaran. Kebenaran merupakan perwujudan yang autentik dari watak Tuhan juga apa yang Ia punya dan siapa Ia. Ini menjadikan apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu suatu hal yang konkret dan secara terbuka mengungkapkannya. Secara langsung hal itu memberitahumu tentang apa yang Tuhan sukai, apa yang tidak Ia sukai, apa yang Ia ingin engkau lakukan dan apa yang tidak Ia izinkan untuk engkau lakukan, orang-orang seperti apa yang Ia benci dan orang-orang seperti apa yang Ia kasihi. Di balik kebenaran yang Tuhan ungkapkan orang dapat melihat kepuasan-Nya, kemarahan-Nya, kesedihan-Nya, dan kebahagian-Nya, juga hakikat-Nya—ini adalah pengungkapan dari watak-Nya. Selain mengetahui apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, dan selain mengetahui watak-Nya dari firman-Nya, yang paling penting adalah perlunya mencapai pemahaman ini melalui pengalaman nyata. Jika seseorang menjauhkan diri mereka dari kehidupan nyata demi mengenal Tuhan, mereka tidak akan bisa mencapai itu. Bahkan jika ada orang-orang yang dapat memperoleh sebagian pemahaman dari firman Tuhan, pengertian ini terbatas pada teori dan ucapan, dan akan berbeda dengan bagaimana Tuhan itu sebenarnya.
Apa yang sedang kami sampaikan sekarang semuanya berada dalam cakupan kisah-kisah yang tercatat dalam Alkitab. Melalui kisah-kisah ini, dan dengan menganalisa hal-hal yang terjadi, orang dapat mengerti watak-Nya, dan apa yang Ia punya dan siapa Ia yang telah Ia ungkapkan, memungkinkan mereka untuk mengenal setiap aspek dari Tuhan dengan lebih luas, lebih mendalam, lebih lengkap, dan lebih menyeluruh. Jadi, apakah jalan satu-satunya untuk mengenal setiap aspek Tuhan adalah melalui kisah-kisah ini? Tidak, tentu saja tidak! Karena apa yang Tuhan katakan dan pekerjaan Tuhan pada Zaman Kerajaan dapat membantu orang mengenal watak-Nya dan mengenalnya secara lebih menyeluruh. Akan tetapi, menurut-Ku lebih mudah untuk mengenal watak Tuhan dan memahami apa yang Ia punya dan siapa Ia melalui contoh-contoh atau kisah-kisah yang tercatat dalam Alkitab yang sudah dikenal orang-orang. Apabila Aku mengambil kata-kata penghakiman dan hajaran dan kebenaran yang dinyatakan Tuhan di masa sekarang untuk membuatmu mengenal-Nya kata demi kata, engkau akan merasa itu terlalu membosankan dan bertele-tele, dan sebagian orang bahkan akan merasa bahwa perkataan Tuhan nampak terlalu terumuskan. Akan tetapi, apabila kita mengambil kisah-kisah Alkitab sebagai contoh agar orang lebih mudah mengenal watak Tuhan, mereka tidak akan menganggapnya membosankan. Dapat dikatakan bahwa sepanjang menjelaskan contoh-contoh ini, rincian-rincian akan apa yang ada di hati Tuhan pada saat itu—suasana hati dan perasaan, atau pemikiran dan gagasan-Nya—telah disampaikan kepada manusia dalam bahasa manusia, dan tujuan dari ini semua adalah agar mereka menghargai, merasakan bahwa apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu bukanlah sebuah rumusan. Itu bukanlah sebuah legenda, atau suatu hal yang tidak dapat dilihat dan disentuh orang-orang. Itu merupakan hal yang benar-benar ada, yang bisa orang rasakan dan hargai. Inilah tujuan utamanya. Engkau dapat mengatakan bahwa orang-orang yang tinggal di zaman ini adalah orang-orang yang diberkati. Mereka dapat belajar dari kisah-kisah Alkitab untuk memperoleh pengertian yang lebih luas akan pekerjaan Tuhan sebelumnya. Mereka dapat melihat watak-Nya melalui pekerjaan yang telah Ia lakukan. Mereka dapat memahami kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui watak-watak yang telah Ia ungkapkan ini, lalu memahami manifestasi nyata dari kekudusan dan kepedulian-Nya terhadap umat manusia demi mencapai pengenalan yang lebih mendetail dan lebih mendalam akan watak Tuhan. Aku pecaya bahwa kamu sekalian dapat merasakan hal ini!
Dalam lingkup pekerjaan yang diselesaikan Tuhan Yesus pada Zaman Kasih Karunia, engkau dapat melihat aspek lain dari apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Tuhan itu. Ini diungkapkan melalui daging-Nya, dan melalui kemanusiaan-Nya menjadi mungkin bagi orang-orang untuk melihat dan menghargai aspek ini. Dalam diri Anak Manusia, orang-orang melihat bagaimana Tuhan dalam daging menghidupi kemanusiaan-Nya, dan mereka melihat keilahian Tuhan yang diungkapkan melalui daging. Dua jenis pengungkapan ini memungkinkan orang untuk melihat Tuhan yang sangat nyata, dan memungkinkan mereka untuk merumuskan sebuah konsep yang berbeda tentang Tuhan. Akan tetapi, pada periode waktu antara penciptaan dunia dan akhir Zaman Hukum Taurat, atau sebelum Zaman Kasih Karunia, apa yang terlihat, didengar, dan dialami oleh orang-orang hanyalah aspek keilahian Tuhan. Yakni apa yang diperbuat dan difirmankan Tuhan dalam alam tak berwujud, juga hal-hal yang Ia nyatakan dari pribadi-Nya yang nyata yang tidak bisa dilihat maupun disentuh. Seringkali, hal-hal ini membuat orang merasa bahwa Tuhan sangatlah besar, dan bahwa mereka tidak akan bisa mendekat kepada-Nya. Kesan yang biasanya diberikan Tuhan kepada manusia adalah bahwa Ia muncul dan menghilang, dan orang-orang bahkan merasakan bahwa setiap pemikiran dan gagasan-Nya begitu misterius dan sulit dipahami sehingga tidak ada cara untuk mencapai pemikiran dan gagasan-Nya, apalagi untuk memahami dan menghargai hal-hal tersebut. Bagi orang-orang, segala sesuatu mengenai Tuhan sangatlah jauh—sedemikian jauhnya sehingga tidak dapat dilihat, tidak dapat disentuh oleh mereka. Tuhan tampaknya berada di langit, dan Ia tampaknya tidak ada sama sekali. Jadi, bagi orang-orang, memahami hati dan pikiran Tuhan ataupun pemikiran-Nya adalah hal yang tak dapat diraih, dan tak mungkin tercapai. Walaupun Tuhan melakukan sejumlah pekerjaan konkret pada Zaman Hukum Taurat, dan Ia juga mengeluarkan sejumlah kata-kata khusus dan mengungkapkan sejumlah watak khusus agar orang-orang bisa menghargai dan melihat sejumlah pengenalan nyata akan Dia, namun pada akhirnya, itu merupakan pernyataan apa yang Ia punya dan siapa Ia dalam alam tak berwujud, dan apa yang dipahami orang-orang, yang mereka ketahui masihlah aspek keilahian dari apa yang Ia punya dan siapa Ia. Umat manusia tidak mampu memperoleh konsep konkret dari pengungkapan tentang apa yang Ia punya dan siapa Ia, dan kesan mereka akan Tuhan masih terpaku dalam lingkup “suatu Roh yang tidak bisa didekati, yang muncul dan menghilang.” Karena Tuhan tidak menggunakan objek atau wujud yang spesifik pada alam materiel untuk muncul di hadapan orang-orang, mereka masih tidak bisa mendefinisikan-Nya dengan menggunakan bahasa manusia. Dalam hati dan pikiran orang-orang, mereka selalu ingin menggunakan bahasa mereka sendiri untuk mengadakan suatu standar untuk Tuhan, untuk membuat-Nya berwujud dan memanusiakan diri-Nya, seperti seberapa tinggi Ia, seberapa besar Ia, bagaimana penampilan-Nya, apa yang secara khusus Ia sukai dan bagaimana kepribadian-Nya secara khusus. Sebenarnya, dalam hati-Nya Tuhan mengetahui bahwa orang-orang berpikir demikian. Ia mengetahui dengan jelas apa yang mereka perlukan, dan tentu saja Ia juga tahu apa yang mesti Ia lakukan, maka Ia melakukan pekerjaan-Nya dengan cara yang berbeda pada Zaman Kasih Karunia. Cara ini adalah ilahi sekaligus manusiawi. Dalam jangka waktu bekerjanya Tuhan Yesus, orang-orang dapat melihat bahwa Tuhan memiliki berbagai ungkapan manusia. Sebagai contoh, Ia dapat menari, Ia mengunjungi acara pernikahan, Ia dapat bercakap dengan orang-orang, berbicara kepada mereka, dan membahas berbagai hal bersama mereka. Selain itu, Tuhan Yesus juga menyelesaikan banyak pekerjaan yang merepresentasikan keilahian-Nya, dan tentunya semua pekerjaan ini adalah pernyataan dan pengungkapan dari watak Tuhan. Selama waktu tersebut, ketika keilahian Tuhan dinyatakan dalam wujud manusia biasa yang dapat dilihat dan disentuh orang-orang, mereka tidak lagi merasa bahwa Ia adalah pribadi yang muncul dan menghilang, tidak lagi merasa bahwa mereka tidak bisa mendekat kepada-Nya. Sebaliknya, mereka dapat berusaha mengerti kehendak Tuhan atau memahami keilahian-Nya melalui setiap pergerakan, setiap firman, dan setiap pekerjaan dari sang Anak Manusia. Inkarnasi Anak Manusia mengungkapkan keilahian Tuhan melalui kemanusiaan-Nya dan menyampaikan kehendak Tuhan kepada umat manusia. Dan melalui pengungkapan kehendak dan watak Tuhan, Ia juga mengungkapkan kepada orang-orang wujud Tuhan yang tidak bisa dilihat atau disentuh di alam rohani. Apa yang orang-orang lihat adalah Tuhan itu sendiri, yang nyata dan memiliki daging dan tulang. Jadi, inkarnasi Anak manusia membuat hal-hal seperti identitas, status, gambar, dan watak Tuhan, dan apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu menjadi konkret dan dimanusiakan. Meskipun penampakan luar dari Anak Manusia memiliki batasan mengenai gambar diri Tuhan, hakikat-Nya dan apa yang Ia punya dan siapa Ia semuanya mampu merepresentasikan identitas dan status Tuhan itu sendiri—hanya ada sejumlah perbedaan dalam bentuk pengungkapan. Tidak peduli apakah itu sifat manusiawi dari Anak Manusia atau keilahian-Nya, kita tidak dapat menyangkal bahwa Ia merepresentasikan identitas dan status Tuhan sendiri. Akan tetapi, pada masa tersebut, Tuhan bekerja melalui daging, berbicara melalui perspektif daging, dan berdiri di hadapan umat manusia dengan identitas dan status Anak Manusia, dan ini memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menemui dan mengalami firman dan pekerjaan Tuhan yang nyata di tengah manusia. Hal ini juga memberikan orang-orang wawasan terhadap keilahian dan kebesaran-Nya di tengah kerendahhatian, sekaligus memungkinkan mereka beroleh pemahaman dan definisi pendahuluan akan keautentikan dan kenyataan Tuhan. Meskipun pekerjaan yang diselesaikan Tuhan Yesus, cara Ia bekerja, dan sudut pandang di mana Ia berbicara berbeda dari pribadi nyata Tuhan dalam alam rohani, segala hal tentang-Nya benar-benar merepresentasikan Tuhan itu sendiri yang sebelumnya belum pernah dilihat manusia—hal ini tidak dapat dibantah! Dengan kata lain, tidak peduli dalam bentuk apa Tuhan menampakkan diri, tidak peduli dari sudut pandang mana Ia berbicara, atau dalam rupa apa Ia menatap manusia, Tuhan tidak merepresentasikan siapa pun selain diri-Nya sendiri. Ia tidak dapat merepresentasikan manusia mana pun—Ia tidak mungkin merepresentasikan seorang manusia rusak. Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, dan hal ini tidak dapat dibantah.
Tahu lebih banyak: Gereja Tuhan Yang Mahakuasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar