I. Kita Harus Menjadi Saksi untuk Aspek Kebenaran Mengenai Inkarnasi Tuhan
10. Mengapa hanya dengan mengalami dan mematuhi pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, kita dapat mengenal Tuhan?
Ayat Alkitab untuk Referensi:
"Dan Firman itu menjadi manusia, dan tinggal di tengah-tengah kita, (dan kita melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan sebagai Putra Tunggal Bapa,) dipenuhi kasih karunia dan kebenaran" (Yohanes 1:14).
"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup: tidak ada manusia yang datang kepada Bapa, tanpa melalui Aku. Jika engkau telah mengenal Aku, engkau telah mengenal Bapa-Ku juga: dan dari sekarang engkau mengenal-Nya dan telah melihat-Nya" (Yohanes 14:6-7).
"Aku di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku …" (Yohanes 14:10).
"Aku dan Bapaku adalah satu" (Yohanes 10:30).
Firman Tuhan yang Relevan:
Sebelum Tuhan menjadi daging, orang-orang tidak begitu paham akan apa yang Ia katakan karena pernyataan tersebut datang dari keilahian sepenuhnya. Sudut pandang maupun konteks dari perkataan-Nya tidak terlihat mata dan tidak mampu dicapai oleh umat manusia; perkataan-Nya dinyatakan dari alam roh yang tidak dapat dilihat manusia. Bagi orang-orang yang hidup dalam daging, mereka tidak bisa melewati alam roh. Akan tetapi setelah Tuhan menjadi daging, Ia berbicara kepada umat manusia dari sudut pandang manusia. Ia keluar dan melampaui lingkup alam roh. Dengan demikian Ia dapat mengungkapkan watak ilahi, kehendak, dan sikap-Nya, melalui hal-hal yang dapat dibayangkan manusia, dan melalui hal-hal yang dapat mereka lihat serta jumpai dalam kehidupan mereka; Ia menggunakan cara-cara yang dapat diterima manusia, lewat bahasa yang dapat mereka mengerti, dan pengetahuan yang dapat mereka pahami, semuanya demi membuat mereka mengerti dan mengenal Tuhan, demi membuat mereka memahami maksud-Nya dan standar yang dituntut-Nya dari mereka dalam lingkup kapasitas mereka, sesuai batas kemampuan mereka. Ini adalah metode dan prinsip pekerjaan Tuhan dalam wujud manusia. Meskipun cara-cara dan prinsip Tuhan ketika bekerja dalam daging sebagian besar dapat tercapai dengan atau melalui wujud manusia, cara-cara tersebut benar-benar mencapai hasil yang tidak dapat dicapai dengan bekerja secara langsung dalam keilahian. Pekerjaan Tuhan dalam wujud manusia bersifat lebih nyata, autentik, dan terarah. Metode yang Ia gunakan lebih fleksibel, dan dalam bentuk yang melampaui Zaman Hukum Taurat.
dari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III" dalam "Lanjutan dari Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Tuhan memasuki tahap pekerjaan baru di akhir zaman. Dia akan menyingkapkan lebih banyak lagi watak-Nya, tetapi bukan watak belas kasihan dan kasih sebagaimana pada zaman Yesus. Karena Dia mempunyai pekerjaan baru, maka pekerjaan baru ini akan disertai dengan watak baru. Jadi, seandainya pekerjaan ini dilakukan oleh Roh dan seandainya Tuhan tidak menjadi manusia, lalu Roh ini berbicara langsung melalui guntur sehingga tiada cara bagi manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya, akankah manusia dapat mengetahui watak Tuhan? Seandainya Roh melakukan pekerjaan itu sendirian saja, tidak akan ada cara bagi manusia untuk mengetahui watak Tuhan. Orang hanya bisa melihat watak Tuhan dengan mata kepalanya sendiri kalau Dia menjadi manusia, kalau Firman itu menampakkan diri dalam daging dan Dia menyatakan seluruh watak-Nya melalui daging. Tuhan benar-benar dan sungguh-sungguh hidup di antara manusia. Dia nyata. Manusia dapat terlibat dengan watak-Nya, dengan apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Hanya dengan cara ini, manusia dapat benar-benar mengenal Dia.
dari "Visi Pekerjaan Tuhan (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Kedatangan Tuhan dalam daging terutama untuk memampukan manusia melihat perbuatan sejati Tuhan, untuk mewujudkan Roh yang tidak berbentuk ke dalam daging, dan memungkinkan manusia melihat dan menyentuh-Nya. Dengan demikian, mereka yang dilengkapi oleh-Nya akan menghidupi-Nya, mereka akan didapatkan oleh-Nya, dan berkenan di hati-Nya. Jika Tuhan hanya berbicara di surga, dan tidak benar-benar datang ke bumi, orang-orang tidak akan mampu mengenal Tuhan. Mereka hanya akan dapat memberitakan perbuatan Tuhan dengan teori kosong, dan tidak memiliki firman Tuhan sebagai kenyataan. Tuhan telah datang ke bumi terutama untuk bertindak sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang akan didapatkan oleh Tuhan. Hanya dengan cara seperti inilah manusia dapat mengenal Tuhan, menyentuh Tuhan, dan melihat-Nya, dan barulah setelah itu mereka dapat sungguh-sungguh didapatkan oleh Tuhan.
dari "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan Sendiri" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Dalam lingkup pekerjaan yang diselesaikan Tuhan Yesus pada Zaman Kasih Karunia, engkau dapat melihat aspek lain dari apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Tuhan itu. Ini diungkapkan melalui daging-Nya, dan melalui kemanusiaan-Nya menjadi mungkin bagi orang-orang untuk melihat dan menghargai aspek ini. Dalam diri Anak Manusia, orang-orang melihat bagaimana Tuhan dalam daging menghidupi kemanusiaan-Nya, dan mereka melihat keilahian Tuhan yang diungkapkan melalui daging. Dua jenis pengungkapan ini memungkinkan orang untuk melihat Tuhan yang sangat nyata, dan memungkinkan mereka untuk merumuskan sebuah konsep yang berbeda tentang Tuhan. Akan tetapi, pada periode waktu antara penciptaan dunia dan akhir Zaman Hukum Taurat, atau sebelum Zaman Kasih Karunia, apa yang terlihat, didengar, dan dialami oleh orang-orang hanyalah aspek keilahian Tuhan. Yakni apa yang diperbuat dan difirmankan Tuhan dalam alam tak berwujud, juga hal-hal yang Ia nyatakan dari pribadi-Nya yang nyata yang tidak bisa dilihat maupun disentuh. Seringkali, hal-hal ini membuat orang merasa bahwa Tuhan sangatlah besar, dan bahwa mereka tidak akan bisa mendekat kepada-Nya. Kesan yang biasanya diberikan Tuhan kepada manusia adalah bahwa Ia muncul dan menghilang, dan orang-orang bahkan merasakan bahwa setiap pemikiran dan gagasan-Nya begitu misterius dan sulit dipahami sehingga tidak ada cara untuk mencapai pemikiran dan gagasan-Nya, apalagi untuk memahami dan menghargai hal-hal tersebut. Bagi orang-orang, segala sesuatu mengenai Tuhan sangatlah jauh—sedemikian jauhnya sehingga tidak dapat dilihat, tidak dapat disentuh oleh mereka. Tuhan tampaknya berada di langit, dan Ia tampaknya tidak ada sama sekali. Jadi, bagi orang-orang, memahami hati dan pikiran Tuhan ataupun pemikiran-Nya adalah hal yang tak dapat diraih, dan tak mungkin tercapai. Walaupun Tuhan melakukan sejumlah pekerjaan konkret pada Zaman Hukum Taurat, dan Ia juga mengeluarkan sejumlah kata-kata khusus dan mengungkapkan sejumlah watak khusus agar orang-orang bisa menghargai dan melihat sejumlah pengenalan nyata akan Dia, namun pada akhirnya, itu merupakan pernyataan apa yang Ia punya dan siapa Ia dalam alam tak berwujud, dan apa yang dipahami orang-orang, yang mereka ketahui masihlah aspek keilahian dari apa yang Ia punya dan siapa Ia. Umat manusia tidak mampu memperoleh konsep konkret dari pengungkapan tentang apa yang Ia punya dan siapa Ia, dan kesan mereka akan Tuhan masih terpaku dalam lingkup "suatu Roh yang tidak bisa didekati, yang muncul dan menghilang." Karena Tuhan tidak menggunakan objek atau wujud yang spesifik pada alam materiel untuk muncul di hadapan orang-orang, mereka masih tidak bisa mendefinisikan-Nya dengan menggunakan bahasa manusia. Dalam hati dan pikiran orang-orang, mereka selalu ingin menggunakan bahasa mereka sendiri untuk mengadakan suatu standar untuk Tuhan, untuk membuat-Nya berwujud dan memanusiakan diri-Nya, seperti seberapa tinggi Ia, seberapa besar Ia, bagaimana penampilan-Nya, apa yang secara khusus Ia sukai dan bagaimana kepribadian-Nya secara khusus. Sebenarnya, dalam hati-Nya Tuhan mengetahui bahwa orang-orang berpikir demikian. Ia mengetahui dengan jelas apa yang mereka perlukan, dan tentu saja Ia juga tahu apa yang mesti Ia lakukan, maka Ia melakukan pekerjaan-Nya dengan cara yang berbeda pada Zaman Kasih Karunia. Cara ini adalah ilahi sekaligus manusiawi. Dalam jangka waktu bekerjanya Tuhan Yesus, orang-orang dapat melihat bahwa Tuhan memiliki berbagai ungkapan manusia. Sebagai contoh, Ia dapat menari, Ia mengunjungi acara pernikahan, Ia dapat bercakap dengan orang-orang, berbicara kepada mereka, dan membahas berbagai hal bersama mereka. Selain itu, Tuhan Yesus juga menyelesaikan banyak pekerjaan yang merepresentasikan keilahian-Nya, dan tentunya semua pekerjaan ini adalah pernyataan dan pengungkapan dari watak Tuhan. Selama waktu tersebut, ketika keilahian Tuhan dinyatakan dalam wujud manusia biasa yang dapat dilihat dan disentuh orang-orang, mereka tidak lagi merasa bahwa Ia adalah pribadi yang muncul dan menghilang, tidak lagi merasa bahwa mereka tidak bisa mendekat kepada-Nya. Sebaliknya, mereka dapat berusaha mengerti kehendak Tuhan atau memahami keilahian-Nya melalui setiap pergerakan, setiap firman, dan setiap pekerjaan dari sang Anak Manusia. Inkarnasi Anak Manusia mengungkapkan keilahian Tuhan melalui kemanusiaan-Nya dan menyampaikan kehendak Tuhan kepada umat manusia. Dan melalui pengungkapan kehendak dan watak Tuhan, Ia juga mengungkapkan kepada orang-orang wujud Tuhan yang tidak bisa dilihat atau disentuh di alam rohani. Apa yang orang-orang lihat adalah Tuhan itu sendiri, yang nyata dan memiliki daging dan tulang. Jadi, inkarnasi Anak manusia membuat hal-hal seperti identitas, status, gambar, dan watak Tuhan, dan apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu menjadi konkret dan dimanusiakan. Meskipun penampakan luar dari Anak Manusia memiliki batasan mengenai gambar diri Tuhan, hakikat-Nya dan apa yang Ia punya dan siapa Ia semuanya mampu merepresentasikan identitas dan status Tuhan itu sendiri—hanya ada sejumlah perbedaan dalam bentuk pengungkapan. Tidak peduli apakah itu sifat manusiawi dari Anak Manusia atau keilahian-Nya, kita tidak dapat menyangkal bahwa Ia merepresentasikan identitas dan status Tuhan sendiri. Akan tetapi, pada masa tersebut, Tuhan bekerja melalui daging, berbicara melalui perspektif daging, dan berdiri di hadapan umat manusia dengan identitas dan status Anak Manusia, dan ini memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menemui dan mengalami firman dan pekerjaan Tuhan yang nyata di tengah manusia. Hal ini juga memberikan orang-orang wawasan terhadap keilahian dan kebesaran-Nya di tengah kerendahhatian, sekaligus memungkinkan mereka beroleh pemahaman dan definisi pendahuluan akan keautentikan dan kenyataan Tuhan. Meskipun pekerjaan yang diselesaikan Tuhan Yesus, cara Ia bekerja, dan sudut pandang di mana Ia berbicara berbeda dari pribadi nyata Tuhan dalam alam rohani, segala hal tentang-Nya benar-benar merepresentasikan Tuhan itu sendiri yang sebelumnya belum pernah dilihat manusia—hal ini tidak dapat dibantah! Dengan kata lain, tidak peduli dalam bentuk apa Tuhan menampakkan diri, tidak peduli dari sudut pandang mana Ia berbicara, atau dalam rupa apa Ia menatap manusia, Tuhan tidak merepresentasikan siapa pun selain diri-Nya sendiri. Ia tidak dapat merepresentasikan manusia mana pun—Ia tidak mungkin merepresentasikan seorang manusia rusak. Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, dan hal ini tidak dapat dibantah.
dari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III" dalam "Lanjutan dari Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
WujudTuhan, hakikat Tuhan, watak Tuhan—semuanya telah diberitahukan kepada umat manusia dalam firman-Nya. Ketika ia mengalami firman Tuhan, manusia dalam proses melaksanakannya akan mengerti tujuan di balik firman yang dinyatakan Tuhan, dan mengerti sumber dan latar belakang firman Tuhan, dan mengerti dan menghargai dampak yang dikehendaki dari firman Tuhan. Bagi umat manusia, inilah hal-hal yang harus dialami, dipahami, dan dimasuki manusia supaya bisa terhubung dengan kebenaran dan kehidupan, memahami maksud Tuhan, diubahkan wataknya, dan bisa tunduk kepada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Pada saat yang sama manusia mengalami, memahami, dan memasuki hal-hal tersebut, secara bertahap ia akan mendapatkan pemahaman akan Tuhan, dan pada saat itu ia juga akan mendapatkan pengenalan akan-Nya dalam tingkatan yang berbeda. Pengertian dan pengenalan ini tidak datang dari hal yang dibayangkan atau dibuat manusia, melainkan dari apa yang ia hargai, alami, rasakan, dan bangun dalam dirinya sendiri. Hanya ketika ia telah menghargai, mengalami, merasakan, dan membangun hal-hal tersebutlah pengenalan manusia tentang Tuhan menjadi memiliki bobot, hanya pengetahuan yang ia dapatkan pada saat inilah yang aktual, nyata, dan akurat, dan proses ini—mendapatkan pengertian dan pemahaman sejati akan Tuhan melalui penghargaan, pengalaman, perasaan, dan pembangunan firman-Nya—tidak lain merupakan persekutuan sejati antara manusia dan Tuhan. Di tengah persekutuan seperti ini, manusia sungguh-sungguh mengerti dan paham niat Tuhan, sungguh-sungguh mengerti dan mengetahui kepunyaan dan keberadaan Tuhan, benar-benar mengerti dan mengetahui hakikat Tuhan, perlahan-lahan mengerti dan mengetahui watak Tuhan, mencapai kepastian yang nyata, dan definisi yang benar akan fakta mengenai kekuasaan Tuhan di atas segala ciptaan, dasar yang benar dan pengenalan akan jati diri dan kedudukan Tuhan.
dari "Prakata, Lanjutan dari Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Engkau sekalian harus mengenal pekerjaan Tuhan. Baru setelah mengikuti Yesus, Petrus secara bertahap semakin banyak mengenal pekerjaan yang dilakukan Roh di dalam Yesus. Dia berkata, "Mengandalkan pengalaman manusia tidaklah cukup untuk mencapai pengenalan yang lengkap akan Tuhan; diperlukan banyak hal baru yang berasal dari pekerjaan Tuhan untuk membantu kita mengenal Tuhan. “Pada mulanya, Petrus percaya bahwa Yesus diutus oleh Tuhan, seperti halnya seorang rasul, dan dia tidak melihat Yesus sebagai Kristus. Sementara Petrus dipanggil untuk mengikut[a] Yesus, Yesus bertanya kepadanya, "Simon, anak Yunus, maukah engkau mengikut Aku?" Petrus berkata, "Aku harus mengikuti Dia yang diutus oleh Bapa-Ku yang di surga. Aku harus mengakui ia yang dipilih oleh Roh Kudus. Aku akan mengikuti Engkau." Dari kata-katanya, dapat diketahui bahwa Petrus sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Yesus; dia telah mengalami firman Tuhan, telah mengalaminya sendiri, dan telah menderita kesusahan bagi Tuhan, namun dia tidak mengenal pekerjaan Tuhan. Setelah memiliki pengalaman, di dalam Yesus, Petrus banyak melihat perbuatan Tuhan, keindahan Tuhan, dan wujud Tuhan di dalam Yesus. Dia juga melihat bahwa kata-kata Yesus tidak mungkin diucapkan oleh manusia, dan bahwa pekerjaan yang Yesus lakukan tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Selanjutnya, dalam firman dan tindakan Yesus, Petrus melihat banyak hikmat Tuhan dan pekerjaan ilahi. Selama pengalamannya, dia tidak hanya dapat mengenal dirinya sendiri, tapi juga berfokus untuk mengamati tindakan-tindakan Yesus. Dari situ dia menemukan banyak hal baru; yaitu, bahwa ada banyak pengungkapan dari Tuhan yang praktis dalam pekerjaan yang Tuhan lakukan melalui Yesus, dan bahwa kata-kata, tindakan, cara Yesus menggembalakan gereja-gereja dan pekerjaan yang dilakukan-Nya berbeda dari yang dilakukan manusia biasa manapun. Jadi, dari Yesus dia belajar banyak tentang pelajaran yang seharusnya dia pelajari, dan saat Yesus dipaku ke kayu salib, dia mendapatkan sebagian pengenalan akan Yesus—pengenalan yang menjadi dasar kesetiaan seumur hidupnya kepada Yesus, dan penyaliban terbaliknya demi Yesus.
dari "Hanya Mereka yang Mengenal Tuhan Yang Bisa Menjadi Kesaksian bagi Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Ketika menerima panggilan Yesus, Petrus mengikut-Nya.
Selama mengikuti Yesus, Petrus memiliki banyak pendapat mengenai-Nya dan selalu menghakimi-Nya dari sudut pandangnya sendiri. Walaupun memiliki tingkat pemahaman tertentu mengenai Roh, Petrus belum sepenuhnya tercerahkan. Oleh karena itu, Petrus berkata: "Aku harus mengikuti dia yang diutus Bapa di surga. Aku harus mengakui dia yang dipilih oleh Roh Kudus." Petrus tidak memahami hal-hal yang dilakukan Yesus dan tidak pula menerima pencerahan. Setelah mengikuti-Nya selama beberapa waktu, Petrus mulai tertarik pada apa yang dilakukan dan dikatakan-Nya, dan kepada Yesus itu sendiri. Petrus mulai merasa bahwa Yesus membangkitkan kasih sayang dan rasa hormat. Petrus senang bergaul dengan-Nya, tinggal di dekat-Nya, dan mendengarkan perkataan Yesus yang memberikan bekal serta pertolongan. Selama mengikut Yesus, Petrus mengamati dan memperhatikan segala hal mengenai kehidupan-Nya: tindakan, perkataan, gerakan, dan ucapan-Nya. Petrus mendapatkan pemahaman mendalam bahwa Yesus tidak seperti manusia biasa. Walaupun penampilan-Nya sebagai manusia sangat biasa, Ia penuh kasih, belas kasihan, dan toleransi untuk manusia. Segala sesuatu yang dilakukan atau dikatakan-Nya sangat membantu orang lain, dan di sisi-Nya, Petrus melihat dan mempelajari hal-hal yang belum pernah dilihat atau dimilikinya sebelumnya. Petrus melihat bahwa walaupun Yesus tidak tinggi besar perawakannya dan tidak memiliki kemanusiaan yang tidak biasa, Ia memiliki aura yang sungguh luar biasa dan istimewa. Walaupun tidak mampu menjelaskan sepenuhnya, Petrus dapat melihat bahwa tindakan Yesus berbeda dengan orang lain, karena Ia melakukan hal-hal yang jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh manusia biasa. Sejak bergaul dengan Yesus, Petrus juga menyadari bahwa karakter-Nya berbeda dengan manusia biasa. Ia selalu bertindak dengan mantap dan tidak pernah tergesa-gesa, tidak pernah melebih-lebihkan atau meremehkan suatu perkara, dan menjalani hidup-Nya dengan sewajarnya sekaligus mengagumkan. Dalam bertutur kata, Yesus elegan dan elok, terbuka dan riang, tetapi tenang, dan tidak pernah kehilangan martabat-Nya dalam melaksanakan pekerjaan-Nya. Petrus melihat bahwa Yesus terkadang pendiam, tetapi pada waktu lain berbicara tak henti-hentinya. Terkadang, Ia begitu bahagia sehingga terlihat begitu hidup dan tangkas seperti burung merpati, tetapi terkadang begitu sedih sehingga sama sekali tidak berbicara, seolah-olah Ia seorang ibu yang kelelahan. Adakalanya Ia dipenuhi kemarahan, seperti seorang prajurit pemberani yang menerjang maju untuk membunuh musuh-musuhnya, dan terkadang bahkan bagaikan seekor singa yang mengaum. Terkadang Ia tertawa, di lain waktu Ia berdoa dan menangis. Bagaimanapun tindakan Yesus, Petrus semakin bertumbuh dalam kasihnya yang tak terbatas dan rasa hormatnya kepada Dia. Tawa Yesus memenuhinya dengan kebahagiaan, kesedihan-Nya memerosokkannya ke dalam duka, dan kemarahan-Nya membuatnya takut, sementara belas kasihan, pengampunan, dan ketegasan-Nya membuat Petrus sungguh-sungguh mengasihi Yesus, menumbuhkan rasa hormat dan kerinduan yang sejati kepada-Nya. Tentu saja, Petrus secara bertahap menyadari semua ini setelah beberapa tahun tinggal bersama Yesus.
dari "Cara Petrus Mengenal Yesus" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Keindahan Tuhan dinyatakan dalam pekerjaan-Nya: hanya ketika manusia mengalami pekerjaan-Nya, mereka dapat menemukan keindahan-Nya. Hanya dalam pengalaman mereka yang nyata, mereka dapat menghargai keindahan Tuhan, dan tanpa mengamatinya dalam kehidupan nyata, tak seorang pun dapat menemukan keindahan-Nya. Begitu banyak hal yang patut dikasihi tentang Tuhan, tetapi tanpa benar-benar terlibat dengan-Nya, manusia tidak mampu menemukannya. Artinya, jika Tuhan tidak menjadi daging, manusia tidak akan mampu benar-benar terlibat dengan-Nya, dan jika mereka tidak dapat betul-betul terlibat dengan-Nya, mereka juga tidak akan dapat mengalami pekerjaan-Nya—dan begitu pula kasih mereka terhadap Tuhan akan tercemar oleh banyak dusta dan imajinasi. Kasih akan Tuhan di surga tidak senyata seperti kasih akan Tuhan di bumi, karena pengetahuan manusia tentang Tuhan di surga dibangun atas imajinasi mereka, bukan pada apa yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri, dan hal yang telah mereka alami secara pribadi. Ketika Tuhan datang ke bumi, orang-orang dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang sesungguhnya dan keindahan-Nya. Mereka dapat memandang segala sesuatu dari watak-Nya yang praktis dan normal, yang semuanya ribuan kali lebih nyata daripada pengetahuan tentang Tuhan di surga. Terlepas dari berapa besar orang mengasihi Tuhan yang di surga, tidak ada yang nyata tentang kasih ini, dan ini penuh dengan ide manusia. Betapa pun kecilnya kasih mereka kepada Tuhan yang di bumi, kasih ini nyata; bahkan jika hanya ada sedikit saja, tetap saja nyata. Tuhan menyebabkan manusia mengenal Dia melalui pekerjaan nyata, dan melalui pengetahuan inilah Dia mendapatkan kasih mereka. Seperti Petrus: Jika dia tidak hidup bersama Yesus, mustahil baginya untuk memuja Dia. Demikian juga, kesetiaannya terhadap Yesus dibangun atas keterlibatannya dengan Yesus. Untuk membuat manusia mengasihi Dia, Tuhan telah datang di antara manusia dan hidup bersama dengan manusia, dan semua yang Dia jadikan agar manusia melihat dan mengalaminya adalah kenyataan Tuhan.
dari "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup dalam Terang-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Bagi mereka yang hidup dalam daging, mengubah watak mereka butuh tujuan untuk diraih, dan mengenal Tuhan butuh menyaksikan perbuatan dan wajah nyata Tuhan. Keduanya hanya dapat dicapai oleh Tuhan yang berinkarnasi dalam daging, dan keduanya hanya dapat diraih oleh daging yang normal dan nyata. Ini sebabnya mengapa inkarnasi penting, dan dibutuhkan oleh manusia yang rusak. Karena manusia ingin mengenal Tuhan, citra tuhan yang samar dan supranatural harus dihapuskan dari hati mereka, karena manusia ingin membuang watak rusaknya, mereka harus lebih dulu mengenali watak rusak mereka. Apabila manusia berupaya untuk menghilangkan citra tuhan yang samar dari hatinya, maka ia akan gagal memperoleh hasilnya. Citra tuhan yang samar di hati manusia tidak dapat dicabut, dibuang, atau benar-benar dihapus oleh firman saja. Dengan begitu, akhirnya tidaklah mungkin melenyapkan hal-hal yang telah sangat berakar dari diri manusia. Hanya Tuhan yang praktis dan citra sejati Tuhan yang dapat menggantikan hal-hal yang samar dan supranatural tersebut, sehingga manusia dapat perlahan-lahan mengetahuinya, dan hanya dengan cara ini hasil yang diinginkan dapat dicapai. Manusia menyadari bahwa Tuhan yang ia cari di masa lalu tidaklah jelas dan supranatural. Kesadaran ini dapat diraih bukan karena kepemimpinan langsung Roh, apalagi pengajaran individu tertentu, melainkan buah dari Tuhan yang berinkarnasi. Pemahaman manusia seperti tak ada apa-apanya saat Tuhan yang berinkarnasi secara resmi melaksanakan pekerjaan-Nya, karena kenormalan dan realitas Tuhan yang berinkarnasi adalah antithesis dari imajinasi manusia akan Tuhan yang samar dan supranatural. Pemahaman manusia yang semula hanya dapat disingkapkan melalui perbandingan kontras terhadap Tuhan yang berinkarnasi. Tanpa perbandingan dengan Tuhan yang berinkarnasi, pemahaman manusia tak dapat disingkapkan; dengan kata lain, tanpa perbandingan dengan kenyataan, hal-hal samar tidak akan dapat diungkapkan. Tak ada yang mampu menggunakan kata-kata untuk melakukan pekerjaan ini, dan tak ada seorang pun yang mampu mengartikan pekerjaan ini dengan menggunakan kata-kata. Hanya Tuhan sendirilah yang dapat melakukan pekerjaan-Nya sendiri, dan tak ada yang lain yang dapat melakukan pekerjaan atas nama-Nya. Tak peduli betapa kayanya bahasa manusia, ia tak mampu mengartikan realitas dan kenormalan Tuhan. Manusia hanya dapat mengenal Tuhan secara lebih nyata, dan hanya dapat melihat Dia dengan lebih jelas, bila Tuhan secara pribadi bekerja di antara manusia dan benar-benar menunjukkan rupa dan keberadaan-Nya. Hal ini tak dapat dicapai oleh manusia mana pun. Tentu saja, Roh Tuhan juga tak mampu mencapai hal ini. … Oleh karena itu, manusia yang cemar lebih membutuhkan keselamatan dari Tuhan yang berinkarnasi, dan lebih butuh pekerjaan langsung dari Tuhan yang berinkarnasi. Umat manusia membutuhkan Tuhan yang berinkarnasi untuk menggembalakan, mendukung, melepaskan dahaga, memberi makan, menghakimi dan menghajarnya, manusia juga butuh lebih banyak kasih karunia dan penebusan yang lebih besar dari Tuhan yang berinkarnasi. Hanya Tuhan dalam daging yang bisa menjadi kepercayaan manusia, gembala manusia, pertolongan nyata saat dibutuhkan, dan inilah pentingnya inkarnasi saat ini dan di masa lalu.
dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Menjadi Daging" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Imajinasi manusia, kosong, dan tidak dapat menggantikan wajah sejati Tuhan; watak inheren Tuhan dan pekerjaan Tuhan sendiri tidak dapat ditiru manusia. Tuhan yang tak kasat mata di surga dan pekerjaan-Nya hanya dapat dibawa ke bumi oleh Tuhan yang berinkarnasi, yang secara pribadi melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Ini adalah cara paling ideal di mana Tuhan menampakkan diri pada manusia, di mana manusia melihat Tuhan dan mengenal wajah sejati-Nya, dan itu tak dapat dicapai oleh Tuhan yang tak berinkarnasi.
dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Menjadi Daging" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Saat ini engkau dapat menyembah pribadi ini, tetapi sebenarnya engkau menyembah Roh. Hal inilah yang setidaknya harus dicapai dalam pengetahuan manusia mengenai Tuhan yang berinkarnasi: mengenal hakikat Roh melalui daging, mengenal pekerjaan ilahi Roh di dalam daging dan pekerjaan manusia dalam daging, menerima semua perkataan dan ucapan Roh dalam daging, dan melihat cara Roh Tuhan mengarahkan daging dan menunjukkan kuasa-Nya dalam daging. Dengan demikian, manusia mengenal Roh di surga melalui daging. Penampakan Tuhan yang praktis di antara manusia telah menghilangkan Tuhan yang samar di dalam pikiran manusia; penyembahan manusia kepada Tuhan yang praktis sendiri telah meningkatkan ketaatan mereka kepada Tuhan, dan melalui pekerjaan ilahi Roh Tuhan di dalam daging, dan pekerjaan kemanusiaan di dalam daging, manusia menerima wahyu dan penggembalaan, dan perubahan watak hidupnya pun tercapai. Hanya inilah makna sejati kedatangan Roh di dalam daging, dan hal itu dilakukan terutama agar manusia dapat terlibat dengan Tuhan, mengandalkan Tuhan, dan mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan.
dari "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan Sendiri" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Hal terbaik tentang pekerjaan-Nya dalam daging adalah bahwa Dia dapat menyampaikan firman dan nasihat yang akurat, dan kehendak-Nya yang akurat bagi manusia yang mengikuti-Nya, sehingga kemudian pengikut-Nya dapat lebih akurat dan lebih konkret lagi melanjutkan pekerjaan-Nya dalam daging dan kehendak-Nya bagi seluruh umat manusia yang menerima jalan ini. Hanya pekerjaan Tuhan dalam daging di antara manusia yang sungguh mencapai kenyataan keberdaan Tuhan dan tinggal bersama manusia. Hanya pekerjaan inilah yang memenuhi keinginan manusia untuk melihat wajah Tuhan, menyaksikan pekerjaan Tuhan, dan mendengar langsung firman Tuhan. Tuhan yang berinkarnasi mengakhiri zaman hanya saat Yahweh menampakkan diri kembali kepada umat manusia, juga mengakhiri zaman kepercayaan manusia kepada Tuhan yang samar. Secara khusus, pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi terakhir kali membawa seluruh umat manusia ke zaman yang lebih realistis, lebih nyata, dan lebih menyenangkan. Dia tidak hanya mengakhiri zaman hukum taurat dan doktrin; lebih penting lagi, Dia menyingkapkan kepada umat manusia Tuhan yang nyata dan seutuhnya, yang benar dan kudus, yang membuka seluruh rencana pengelolaan-Nya dan menunjukkan misteri dan tujuan umat manusia, yang menciptakan umat manusia dan mengakhiri pekerjaan pengelolaan, dan yang tetap tersembunyi ribuan tahun lamanya. Dia benar-benar mengakhiri masa ketidakjelasan, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia ingin mencari wajah Tuhan tetapi tidak mampu, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia melayani iblis, dan memimpin seluruh umat manusia menuju era yang benar-benar baru. Semua ini adalah hasil pekerjaan Tuhan dalam daging, bukan Roh Tuhan.
dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Menjadi Daging" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Sekarang ini, Tuhan yang berinkarnasi ingin meraih sekelompok orang yang sesuai dengan kehendak-Nya. Orang hanya perlu menaati pekerjaan-Nya, tidak terus-terusan memikirkan diri sendiri dengan ide tentang Tuhan di surga, hidup dalam ketidakjelasan, atau mempersulit keadaan bagi Tuhan dalam rupa manusia. Mereka yang mampu menaati-Nya adalah mereka yang benar-benar mendengarkan firman-Nya dan menaati rancangan-Nya. Orang-orang ini tidak peduli sama sekali tentang seperti apakah Tuhan di surga itu sebenarnya, atau seperti apakah pekerjaan yang dilakukan Tuhan di surga saat ini dalam diri umat manusia. Sebaliknya, mereka sepenuhnya memberi hati mereka kepada Tuhan di bumi dan menempatkan seluruh keberadaanya di hadirat-Nya. Mereka tidak pernah mempertimbangkan keselamatan mereka sendiri, dan mereka tidak pernah mempersoalkan kenormalan dan kepraktisan Tuhan dalam rupa manusia. Mereka yang taat kepada Tuhan dalam rupa manusia dapat disempurnakan oleh-Nya. Mereka yang mengimani Tuhan di surga tidak akan memperoleh apa-apa. Alasannya bukan karena Tuhan di surga, melainkan Tuhan di bumi-lah yang memberikan janji dan melimpahkan berkat kepada manusia. Orang tidak seharusnya selalu mengagungkan Tuhan di surga dan melihat Tuhan di bumi sebagai orang biasa. Ini tidak adil. Tuhan di surga itu agung dan luar biasa dengan hikmat yang luar biasa, tetapi ini tidak ada sama sekali. Tuhan di bumi sangat rata-rata dan tidak signifikan; Ia pun sangat biasa. Ia tidak memiliki pikiran yang luar biasa atau tindakan yang menghancurkan bumi. Ia hanya bekerja dan berbicara dengan cara yang sangat biasa dan praktis. Kendati Ia tidak berbicara melalui guntur atau mendatangkan angin dan hujan, Ia sungguh merupakan inkarnasi Tuhan di surga, dan Ia sungguh merupakan Tuhan yang hidup di antara manusia. Orang tidak boleh membesar-besarkan pribadi yang dapat dipahaminya dan yang sesuai dengan imajinasinya sendiri sebagai Tuhan, atau melihat pribadi Yang tidak dapat diterimanya dan tidak dapat dibayangkannya sama sekali sebagai hina. Semua ini merupakan pemberontakan manusia; merupakan segala sumber dari perlawanan manusia terhadap Tuhan.
dari "Orang yang Bisa Taat Sepenuhnya Kepada Kepraktisan Tuhan Adalah Mereka yang Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Catatan kaki:
[a]. Teks asli berbunyi "mengikuti."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar