Tuhan yang Mahakuasa adalah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Domba-domba Tuhan mendengar suara Tuhan. Selama Anda membaca firman Tuhan yang Mahakuasa, Anda akan melihat Tuhan muncul! Kami menyambut semua pencari kebenaran untuk datang dan melihat.

菜單

Nubuat-nubuat Akhir Zaman Telah Digenapi: Cara Menyambut Kedatangan Tuhan yang Kedua Kali

Bencana sering terjadi dan nubuat akhir zaman telah terpenuhi. Bagaimana kita dapat menyambut kedatangan Tuhan? Silakan baca artikelnya sekarang dan temukan jawabannya.




Selasa, 28 Juli 2020

Firman Tuhan Harian - "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II" - Kutipan 33

Firman Tuhan Harian - "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II" - Kutipan 33

Tuhan Tidak Peduli Jikalau Manusia Bodoh—Dia hanya Meminta agar Manusia Benar Dalam Kejadian 22:2, Tuhan memberikan perintah berikut kepada Abraham: "Ambillah anak lelakimu, anak lelakimu satu-satunya, Ishak, yang engkau kasihi, bawalah ia ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran, di salah satu gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu." Maksud Tuhan jelas: Dia mengatakan kepada Abraham untuk mempersembahkan putra tunggalnya, Ishak, yang ia kasihi, sebagai korban bakaran. Memandang hal ini pada zaman sekarang, apakah perintah Tuhan tetap sangat bertentangan dengan pemahaman manusia? Ya! Semua yang dilakukan Tuhan pada waktu itu sangat bertentangan dengan pemahaman manusia dan tidak dapat dipahami manusia. Menurut pemahaman manusia, orang percaya sebagai berikut: Ketika seseorang tidak percaya, dan berpikir bahwa hal itu tidak mungkin, Tuhan memberikan kepadanya seorang anak laki-laki, dan setelah ia memperoleh anak laki-laki, Tuhan meminta kepadanya untuk mempersembahkan anak laki-laki tersebut—betapa luar biasa! Sebetulnya, apa yang bermaksud Tuhan lakukan? Apa tujuan Tuhan sebenarnya? Dia tanpa syarat mengaruniakan seorang anak kepada Abraham, namun Dia juga meminta Abraham untuk memberikan korban persembahan tanpa syarat. Apakah ini berlebihan? Dari sudut pandang pihak ketiga, ini bukan hanya berlebihan, tetapi ini juga merupakan hal yang "menciptakan masalah dari yang tadinya tidak ada masalah." Namun, Abraham sendiri tidak percaya bahwa Tuhan meminta terlalu banyak. Meskipun ia memiliki sedikit pemikiran, dan sedikit curiga terhadap Tuhan, ia tetap siap untuk mempersembahkan korban bakaran. Pada titik ini, apa yang engkau lihat yang membuktikan bahwa Abraham bersedia mengorbankan anaknya? Apa yang dikatakan dalam kalimat-kalimat ini? Teks asli memberikan catatan berikut: "Maka Abraham bangun pagi-pagi benar dan memasang pelana keledainya lalu membawa dua orang bujang bersamanya dan Ishak anaknya; ia juga membelah kayu untuk korban bakaran itu lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang diperintahkan Tuhan kepadanya" (Kejadian 22:3). "Tibalah mereka ke tempat yang Tuhan tunjukkan kepadanya, lalu Abraham mendirikan mezbah di sana, menyusun kayu dan mengikat Ishak, anaknya dan membaringkannya di mezbah itu, di atas kayu. Lalu Abraham mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anak lelakinya" (Kejadian 22:9-10). Ketika Abraham mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anak lelakinya, apakah tindakannya itu dilihat oleh Tuhan? Ya. Keseluruhan proses—dari sejak awal, ketika Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak, hingga saat Abraham benar-benar mengangkat pisaunya untuk menyembelih anak lelakinya—menunjukkan kepada Tuhan hati Abraham, dan terlepas dari kebodohan, ketidaktahuan, dan kesalahpahaman Abraham sebelumnya akan Tuhan, pada waktu itu, hati Abraham untuk Tuhan adalah benar dan jujur, dan ia benar-benar mau mengembalikan Ishak, putra yang diberikan kepadanya, kepada Tuhan. Di dalam dirinya, Tuhan melihat ketaatan—ketaatan yang sangat Dia inginkan. Bagi manusia, Tuhan melakukan banyak hal yang tak terpahami dan bahkan sulit dipercaya. Ketika Tuhan ingin mengatur seseorang, pengaturan ini sering bertentangan dengan pemahaman manusia dan sukar dipahami olehnya, tetapi justru pertentangan dan kesulitan untuk dipahami inilah yang merupakan ujian dan tes dari Tuhan bagi manusia. Sementara itu, Abraham mampu menunjukkan ketaatan dalam dirinya kepada Tuhan, yang merupakan keadaan paling mendasar agar dirinya mampu memuaskan tuntutan Tuhan. Baru pada saat itulah, ketika Abraham mampu menaati persyaratan Tuhan, ketika ia mempersembahkan Ishak, Tuhan sungguh-sungguh merasakan peneguhan serta perkenan-Nya terhadap umat manusia—terhadap Abraham, yang telah Dia pilih. Baru pada saat itulah Tuhan yakin bahwa orang yang telah dipilih-Nya ini adalah seorang pemimpin yang sangat diperlukan yang dapat melaksanakan janji dan rencana pengelolaan-Nya selanjutnya. Meskipun hanya sebuah ujian dan tes, Tuhan merasa dipuaskan, Dia merasakan kasih manusia kepada-Nya, dan Dia merasa dihiburkan oleh manusia seperti yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pada saat Abraham mengangkat pisaunya untuk menyembelih Ishak, apakah Tuhan menghentikannya? Tuhan tidak membiarkan Abraham mempersembahkan Ishak, karena Tuhan sama sekali tidak berniat mengambil nyawa Ishak. Jadi, Tuhan menghentikan Abraham tepat pada waktunya. Bagi Tuhan, ketaatan Abraham telah lulus dalam ujian, apa yang dilakukannya sudah cukup, dan Tuhan sudah melihat hasil dari apa yang ingin Dia lakukan. Apakah hasil ini memuaskan bagi Tuhan? Dapat dikatakan bahwa hasil ini memuaskan bagi Tuhan, bahwa itulah yang Tuhan inginkan, dan yang Tuhan rindukan. Apakah ini benar? Meskipun dalam konteks berbeda, Tuhan menggunakan cara-cara berbeda untuk menguji setiap orang, dalam diri Abraham Tuhan melihat apa yang Dia inginkan, Dia melihat bahwa hati Abraham benar, dan bahwa ketaatannya tanpa syarat, dan justru "tanpa syarat" inilah yang Tuhan inginkan. Orang sering mengatakan, aku sudah mempersembahkan ini, aku sudah meninggalkan itu—mengapa Tuhan tetap tidak merasa puas denganku? Mengapa Dia terus membuatku menghadapi ujian? Mengapa Dia terus mengujiku? Ini menunjukkan satu fakta: Tuhan belum melihat hatimu, dan belum mendapatkan hatimu. Yang artinya, Dia belum melihat ketulusan hati seperti ketika Abraham mampu mengangkat pisaunya untuk menyembelih anaknya dengan tangannya sendiri dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Dia belum melihat ketaatanmu yang tanpa syarat, dan belum merasa dihiburkan olehmu. Maka, wajarlah jika Tuhan terus mengujimu. Tidakkah ini benar? Dikutip dari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Rekomendasi: 
Lagu Pujian Kristen Populer - Fokus Tuhan adalah Hati Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar